Korea Selatan perlu membangun sebuah kapal selam bertenaga nuklir untuk kemungkinan serangan nuklir dan rudal yang lebih baik kontra Korea Utara.
“Dengan pakta energi atom baru yang dicapai antara Korea Selatan dan Amerika Serikat pada tahun 2015, pembatasan untuk membangun kapal selam nuklir telah dihapus,” kata Boo Hyeong-wook, seorang peneliti kepala di Korea Institute for Defense Analyses (KIDA), sebuah lembaga tink tank Korea Selatan. Dia menambahkan pakta itu memungkinkan Seoul untuk membuat pengayaan rendah uranium dengan persetujuan AS yang dapat digunakan sebagai bahan bakar.
“Kepemilikan kapal selam bertenaga nuklir akan memungkinkan kita untuk kemungkinan serangan nuklir dan rudal yang lebih baik kontra Korea Utara,” kata Boo pada sebuah seminar yang diselenggarakan di sebuah kapal perang yang berlabuh di pulau Jeju selatan negara sebagaimana dikutip Yonhap Jumat 3 Juni 2016.
Menurutnya kapal selam nuklir memiliki jangkauan yang jauh lebih besar dan dapat secara efektif terendam selama mereka memiliki bahan bakar nuklir dan makanan.
Korea Selatan berusaha untuk membangun sembilan kapal selam 3.000 ton dalam tiga batch sebagai bagian dari proyek yang disebut Jangbogo-III. Langkah ini bertujuan untuk membangun kapal selam dengan teknologi lokal yang lebih baik dapat memenuhi kebutuhan pertahanan masa depan negara.
Militer Korea Selatan mengatakan pihaknya berencana untuk membangun batch pertama dari tiga kapal selam 2020-2024, dan batch kedua yang terdiri dari tiga kapal selam dengan kemampuan ditingkatkan dari 2025 hinga 2027. Sementara batch terakhir rinciannya masih dalam proses penyelesaian.
Boo berspekulasi bahwa pakta energi bilateral tahun lalu dengan Washington memungkinkan Seoul untuk merancang dan membangun tujuh kapal selam kelas Jangbogo-III sebagai kapal bertenaga nuklir.
Dia juga mengatakan Angkatan Laut Korsel harus mempertimbangkan meningkatkan kemampuan antimisil dengan mengakuisisi rudal pencegat SM-3.
