Angkatan Aerospace Rusia akan segera diperluas setelah Kementerian Pertahanan berniat mendirikan sebuah divisi aerostatics, dalam upaya untuk memperluas penggunaan balon udara atau airship dalam militer.
Seiring dengan masih digunakannya desain aerostat era Soviet yang sudah ada dan masih digunakan oleh angkatan bersenjata untuk tujuan militer dan ilmiah, Kementerian Pertahanan bermaksud untuk membuat divisi khusus yang mengoperasionalkan airship yang akan ada di bawah angkatan aerospace.
Meskipun sering dianggap sebagai peninggalan dari masa lalu, balon udara telah terbukti menjadi alat monitoring yang efisien karena mereka dapat membawa peralatan pengawasan yang jauh lebih besar dibandingkan UAV standar, dan dapat “berkeliaran” di dalam waktu berminggu-minggu tanpa harus mengisi bahan bakar.
Selain itu, balon udara juga dapat membawa paket peralatan perang elektronik, mengubahnya menjadi tambahan yang berharga untuk setiap grid pertahanan.
Surat kabar Rusia Izvestia menunjukkan bahwa balon udara mungkin masih, dipekerjakan oleh Pasukan Aerospace Rusia selama kampanye melawan ISIS di Suriah, setidaknya satu aerostat ditempatkan di sekitar pangkalan udara Hmeymim, dan setidaknya satu lainnya terlihat di atas Palmyra saat konser musik klasik St. Petersburg Mariinsky Symphony Orchestra, yang dipimpin oleh Valery Gergiev di kota tersebut untuk merayakan kembalinya kota kuno itu setelah dikuasai ISIS.
Arkadiy Syroyezhko, Kepala Direktorat UAV dari Vega Teknik Radio Corporation (anak perusahaan Rostec), mengatakan kepada Izvestia bahwa jenis kain baru yang sangat cocok untuk konstruksi aerostat sudah diproduksi di Rusia, dan hal itu secara drastis akan meningkatkan karakteristik teknis balon udara militer.
“Kami butuh beberapa tahun untuk sampai ke saat ini. Dan sekarang, bekerja dengan perwakilan dari Kementerian Pertahanan Rusia, kami menjalankan tes pada sistem udara state-of-the-art baru yang dikembangkan untuk Angkatan Aerospace,” kata Syroyezhko Jumat 3 Juni 2016.
Ia juga menambahkan bahwa beberapa jenis aerostats kelas Dozor dan balon udara tanpa awak DP-29 juga menjalani tes akhir dan mungkin diadopsi oleh militer dalam waktu dekat.
Langkah Rusia ini diambil setelah Amerika Serikat hampir menyerah untuk menggunakan balon udara di dunia militer. Program mahal Joint Land Attack Cruise Missile Defense Elevated Netted Sensor System atau JLENS bahkan hampir pasti ditutup setelah empat komite kongres sangat membatasai anggaran untuk balon udara Angkatan Darat tersebut.
Pada tes Februari 2016, mengungkapkan bahwa, perangkat lunak di platform pengawasan yang bertujuan untuk melacak kerumunan pesawat, kendaraan, atau rudal jelajah, ternyata tidak bisa mendapatkan beberapa target dan berulang kali gagal mengidentifikasi teman atau musuh terutama ketika menghadapi beberapa target.
Program ini juga terganggu ketika pada tahun 2015 salah satu dari balon yang berisi helium lepas dari pengikatnya di Maryland kemudian melayang tanpa arah membawa 2.000 meter tali baja sebelum kemudian mendarat di Pennsylvania.