China akan Bangun Kanal yang Bisa Mengubah Lanskap Asia

China akan Bangun Kanal yang Bisa Mengubah Lanskap Asia

China sedang mengeksplorasi cara untuk membangun proyek infrastruktur ambisius yang bisa mengubah lanskap strategis Asia. Beijing ingin membangun kanal sepanjang 1.200 kilometer di Thailand selatan yang akan memberikan alternatif lebih menguntungkan untuk rute pelayaran dan juga berkontribusi terhadap keamanan maritim negara itu.

Ahli China mengacu pada proyek Terusan Panama dan Terusan Suez yang menjadi golden waterway” atau “golden seaway.”

Ide pembangunan kanal ini sebenarnya sudah ada sejak berabad-abad silam. Bahkan pada tahun 1677 Raja Thailand Narai telah meminta Prancis untuk membangun sebuah kanal di bagian tersempit dari Semenanjung Melayu, yang dikenal sebagai Kra Isthmus. Tapi teknologi yang tersedia saat itu tidak memungkinkan untuk mewujudkan hal tersebut.

Ide itu juga timbul tenggelam selama berabad-abad, tapi kemudian benar-benar lepas landas tahun lalu ketika China-Thailand Kra Infrastructure Investment dan Development and Asia Union Group menandatangani nota kesepahaman. Baik pemerintah China dan Thailand mengatakan bahwa mereka tidak terlibat dalam proyek tersebut.

kanal

Jika dibangun, jalur air baru akan memungkinkan kapal untuk melewati Selat sempit Malaka, memotong waktu perjalanan mereka ke China 72 jam. Proyek ini akan membantu untuk memotong biaya pada pengiriman minyak dari Timur Tengah dan Afrika dan juga akan memunculkan bisnis tambahan ke pelabuhan China di Shanghai, Hong Kong dan Shenzhen.

Selain itu, kanal juga akan memberikan dorongan yang diperlukan untuk ekonomi Thailand melalui investasi asing, pembangunan infrastruktur, biaya tol, servis kapal, dll

“Proyek ini bisa memiliki  dampak besar pada kedua lanskap komersial dan strategis dari seluruh wilayah,” kata pakar kebijakan keamanan China Lyle J. Goldstein dalam tulisannya di National Interest Senin 30 Mei 2016.

“Minimal, kanal bisa bergerak ke ratusan lokus regional dan global, juga bisa berfungsi sebagai enabler utama untuk ambisi China mewujudkan strategi “one belt, one road’,” kata Lyle yang juga Associate Professor di China Maritime Studies Institute (CMSI) pada US Naval War College in Newport, Rhode Island,

Analis China mengatakan bahwa kanal yang diperkirakan akan menghabiskan hampir US$30 miliar, tidak hanya akan menguntungkan China. Menurut jurnal Foreign Policy China, Jepang, Korea Selatan, Myanmar, Kamboja, Vietnam, Thailand dan negara-negara regional lainnya menikmati keuntungan dari pembangunan ini.

Tetapi di antara mereka Malaysia, Singapura dan mungkin juga Indonesia tidak akan senang jika proyek tersebut dilakukan karena akan mematikan jalur tradisional yang melewati mereka.

Di satu sisi, Bangkok khawatir bahwa pembangunan bisa memunculkan kerusakan besar terhadap lingkungan. Di sisi lain, ada kekhawatiran bahwa kelompok separatis di Thailand selatan dapat menargetkan proyek infrastruktur.