China selama ini disebut-sebut telah mengembangkan rudal yang dirancang untuk membunuh kapal induk Amerika. Rudal balistik anti kapal DF-21d dan DF-26 adalah dua senjata yang kerap disebut jika berbicara dalam potensi konflik antara kedua negara yang saat ini sedang tegang karena Laut China Selatan tersebut.
Beijing telah membuat orang-orang percaya, termasuk para ahli yang bekerja keras di Pentagon bahwa mereka telah terancam oleh China. Laporan tahuhan terbaru yang dikeluarkan Pentagon secara blak-blakan mengatakan bahwa China saat ini sudah bisa menggunakan DF-21D untuk menyerang kapal, termask kapal induk yang berada pada jarak 900 mil dari garis pantai China.
Pembunuh kapal induk China telah menjadi kejutan bagi barat karena ini menyiratkan China dapat memaksa kapal induk kebanggaan Amerika harus berada pada posisi lebih jauh dari China jika ingin aman. Rudal ini juga telah menjadi penghalang bagi Amerika untuk menolong sekutu mereka di Asia jika mereka berkonflik dengan China.
Dengan kisaran 900 mil, DF-21d telah jauh melebihi jangkauan pesawat berbasis kapal induk. Lebih mengkhawatirka lagi ketika muncul DF-26 yang memiliki rentang maksimum 1,800-2,500 mil. Jelas ini menjadikan kapal induk Amerika mati kutu.
Tetapi pertanyaannya bagaimana jika terjadi pertempuran antar kelompok tempur kapal induk Amerika dan China di mana pertempuran itu jauh dari garis pantai China sehingga Beijing tak bisa menggunakan rudal pembunuh kapal induknya?
Mari kita berhitung. Saat ini Angkatan Laut China hanya memiliki satu kapal induk Liaoning yang dibanagun dari bekas kapal Soviet. Kemungkinan besar Liaoning hanya akan menjadi platform untuk angkatan laut China berlatih mengoperasionalkan kapal induk dengan segala pernak-perniknya termasuk operasi penerbangan kapal induk.
Mari kita misalkan galangan kapal China menyelesaikan kapal induk dalam negeri pertama dengan mengacu ketika Newport News Shipbuilding menyelesaikan USS Forrestal, supercarrier pertama mereka yang mendorong dimensi dan kompleksitas yang sama seperti Liaoning. Butuh lebih dari tiga tahun untuk membangun Forrestal.
Mari kita berandai-andai Angkatan Laut China bisa membuat langkah besar dalam belajar bagaimana mengoperasikan gugus tugas kapal induk. Jika demikian, angkatan laut akan mengintegrasikan flattop baru secara mulus dan cepat ke dalam operasi, sehingga pertempuran antara kapal induk AS dan China diperkirakan bisa terjadi sekitar tahun 2020.
Pada tahun 2020, seperti hari ini, kapal induk AS akan dapat mengangkut sekitar 85 pesawat taktis. Sementara perkiraan ukuran sayap kapal induk baru China bisa bervariasi. Mari kita estimasikan paling tinggi adalah 50 pesawat sayap tetap dan helikopter. Itu berarti, secara konservatif sayap kapal induk AS 70 persen lebih besar dibandingkan Angkatan Laut China.
Kemungkinan besar kapal induk baru China masih akan mirip dengan Liaoning yang akan menggunakan sky jump untuk menerbangkan pesawat. Hal ini membatasi berat pesawat yang bisa lepas landas. Sementara dengan sistem ketapel, kapal induk AS menerbangkan pesawat dalam ukuran lebih besar serta dengan beban senjata serta bahan bakar lebih banyak untuk mencapai rentang dan lama terbang lebih tinggi.
Sebagai misal jet tempur F-18E/F Super Hornet dapat beroperasi terhadap sasaran pada kisaran sekitar 400 mil dari kapal induk dengan tidak menghitung jarak senjata yang mampu mereka lepaskan. Ini kira-kira sebanding dengan radius tempur pesawat kapal induk China J-15. Tetapi sekali lagi pesawat AS akan melebihi dalam hal jumlah serta jumlah senjata yang dibawa. Dalam hal ini Amerika di atas angina.

Tetapi pada tahun 2020 persenjataan anti-kapal Angkatan Laut AS mungkin telah jatuh tempo. Saat ini persenjataan anti-kapal utama angkatan laut AS adalah rudal jelajah Harpoon yang dibangun era 1970-an dengan kisaran sekitar 60 mil. Sementara Angkatan Laut China memiliki rudal serupa yang disebut YJ-18, yang menawarkan jangkauan 290 mil laut.
Pentagon bekerja pontang-panting untuk memperbaiki kekurangan Angkatan Laut AS ini. Boeing, produsen Harpoon telah berusaha menjadikan rentang rudal ini naik dua kali lipat. Pentagon baru-baru mengembangkan rudal permukaan ke udara SM-6 untuk misi anti-kapal dengan kisaran dua kali lipat atau tiga kali lipat. Tahun lalu Angkatan Laut AS juga menguji varian antikapal dari rudal jelajah Tomahawk. Jika semua program ini berjalan mulus dan bisa digunakan pada 2020, maka AS bisa mengembalikan keadaan dalam hal jangkauan senjata anti-kapal.
Ditambah dengan peperangan kapal selam dan penerbangan angkatan laut Angkatan Laut AS kemungkinan masih bisa menangani China dalam pertarungan di laut terbuka pada tahun 2020.
China menyadari akan situasi ini sehingga hampir pasti pertarungan di laut terbuka tidak akan menjadi fokus mereka. Beijing akan lebih menunggu di wilayah yang terjangkau oleh sistem rudal darat mereka. Hal ini yang menjadikan mereka sangat fokus untuk membangun anti acces/areal denial untuk menjaga Amerika tidak masuk ke wilayah mereka.