Tiga perempuan Korea Utara, yang lari dari restoran tempat mereka bekerja di China, tiba di Korea Selatan. Kantor berita Yonhapmengutip sumber pemerintah yang tidak disebutkan namanya melaporkan Rabu 1 Juni 2016 para perempuan itu, seorang berumur 28 tahun dan dua yang lain berumur 29 tahun, lari dari restoran Korea Utara di Provinsi Shanxi dan mencapai Thailand sebelum kemudian terbang ke Korsel.
Kementerian Penyatuan Korsel, yang menangani hubungan politik dengan Korut, tidak bisa memastikan laporan tersebut. Sementara Badan Intelijen Nasional yang menjalankan pengawasan awal atas pembelot Korut, menolak berkomentar.
Kementerian itu pada pekan lalu mengatakan bahwa beberapa pekerja Korut kabur dari pekerjaannya di sebuah restoran yang dikelola Korut, namun tidak disebutkan jumlah maupun lokasinya.
Peristiwa tersebut terjadi setelah pembelotan 13 pekerja Korut dari sebuah restoran yang dikelola Korut di China pada April, yang oleh Korsel digambarkan sebagai kejadian luar biasa. Korut menuduh Korsel melakukan “penculikan mengerikan” dalam kasus tersebut.
Korut yang miskin dan Korsel yang demokratis serta lebih kaya, secara teknis masih berada dalam status perang sejak konflik 1950-53 yang berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.
Berdasarkan atas data Kementerian Penyatuan, sekitar 340 pembelot dari Korut tiba di Korsel sepanjang tiga bulan pertama 2016. Sekitar 29 ribu pembelot Korut yang tiba di Korsel hingga Maret, termasuk 1.276 orang pada 2015, dengan jumlah yang terus menurun setelah mencapai puncaknya pada 2009.