Amerika Serikat telah mencabut embargo senjata ke Vietnam yang telah diberlakukakn beberapa dekade terakhir. Pencabutan ini dinilai sejumlah pihak akan mendorong Hanoi untuk bergerser dalam hal pembelian senjata Amerika, mengancam dominasi Rusia yang selama ini merupakan pemasok senjata terbesar ke negara tersebut.
Namun para ahli Rusia meragukan hal itu akan terjadi. Bahkan, Moskow disebut justru bisa mendapatkan keuntungan dari keputusan Washington.
Vietnam adalah pembeli senjata terbesar ke delapan di dunia dengan anggaran pertahanan mencapai US$4,3 miliar pada tahun 2014 dan dan belanja militer terus meningkat.
“Terima kasih untuk anggaran militernya tumbuh dan hubungannya tegang dengan China, Vietnam telah menjadi pembeli senjata Rusia utama dalam beberapa tahun terakhir,” tulis Richard Weitz di National Interest. Selain itu, Hanoi “boleh dibilang telah menjadi mitra strategis terdekat Rusia di Asia Tenggara,” tambahnya.
“Rusia selalu bersedia untuk memberi apa saja yang mereka [Vietnam] inginkan,” tambah Collin Koh dari S. Rajaratnam School of International Studies di Singapura kepada Bloomberg. “Vietnam tidak ingin membahayakan hubungan itu.”
Andrey Frolov, editor-in-chief majalah Ekspor Vooruzheny, memperkirakan keputusan Obama itu lebih sebatas formalitas yang tidak akan benar-benar mengubah apa pun. “Saya berpikir bahwa itu lebih berkaitan dengan dasar hukum yang akan membuat penjualan senjata mungkin. Saya tidak berpikir Vietnam akan terburu-buru untuk membeli senjata AS besok,” katanya kepada surat kabar bisnis Vzglyad.
Sementara analis pertahanan Konstantin Sivkov menawarkan penjelasan yang lebih rinci. Dia menunjukkan bahwa negara-negara yang mengimpor senjata, cenderung untuk bergantung pada pemasok tunggal atau membeli dari mitra. Yang terakhir membutuhkan sistem yang lebih kompleks, mahal dan canggih yang ditujukan untuk mengelola angkatan bersenjata.
Misalnya, jika Vietnam memutuskan untuk beralih ke pesawat AS, hal itu membutuhan berinvestasi dalam pelatihan tambahan, peralatan, dana, dll. “Vietnam bukanlah bangsa yang kaya, tidak akan mampu membeli senjata di negara yang berbeda,” catat Sivkov sebagaimana dikutip Sputnik Senin 30 Mei 2016. “Mereka mungkin akan mempertahankan strategi pengadaan seragam agar comprehendible.”
Skenario yang paling mungkin akan melihat Hanoi membeli beberapa buah peralatan Amerika hanya “untuk membiasakan diri” dengan senjata dan peralatan militer buatan AS, namun pengiriman massal, menurut analis adalah hal yang sulit.
Hingga menurutnya pemasok senjata Rusia tidak perlu khawatir tentang apa yang terjadi. Bahkan, mereka bahkan bisa mengubah situasi untuk keuntungan mereka sendiri.
“Kita bisa mendapatkan keuntungan dari [keputusan Obama untuk mencabut embargo],” kata Sivkov. “Mungkin, kita bisa belajar beberapa fitur buatan AS senjata dengan cara ini. Jika kebijakan itu dianggap wajar.”