Tentara Amerika Serikat yang ditempatkan di Pangkalan Okinawa, Jepang akan dikenai jam malam selama sebulan setelah kasus pemerkosaan dan pembunuhan seorang wanita Okinawa yang diduga didalangi oleh mantan Marinir AS.
Komandan Pasukan AS di Okinawa, Lawrence Nicholson sebagaimana dilansir AFP, Sabtu 28 Mei 2016 mengatakan jam malam ini akan diberlakukan selama 30 hari ke depan. Selain jam malam, sejumlah aturan soal kebebasan personel militer AS di Okinawa akan dimodifikasi.
“Masa berkabung ini akan termasuk penundaan semua festival, perayaan dan konser di pos maupun pangkalan militer,” tegas Nicholson dalam konferensi pers di Okinawa.
Warga di Okinawa marah setelah polisi menangkap mantan personel Marinir AS, yang kini menjadi salah satu karyawan di pangkalan militer AS itu, pekan lalu. Penangkapan itu terkait kematian wanita Okinawa berusia 20 tahun, yang dilaporkan hilang sejak April lalu.
Okinawa yang pada Perang Dunia II menjadi lokasi pertempuran dahsyat, merupakan wilayah strategis bagi aliansi AS-Jepang di kawasan Asia-Pasifik. Lebih dari separuh dari sekitar 47.000 tentara Amerika yang ada di Jepang, ditempatkan di Okinawa.
Namun serangkaian tindak kriminal, termasuk pemerkosaan, penyerangan dan insiden tabrak lari yang melibatkan warga sipil, pegawai dan juga personel militer AS marak terjadi di Okinawa dalam beberapa tahun terakhir, hingga banyak memicu protes dari warga lokal.
Pekan ini saat berkunjung ke Jepang, Presiden Barack Obama menyatakan penyesalan mendalam atas kasus tersebut. “Saya menyampaikan belasungkawa dan penyesalan mendalam,” ucap Obama.
“Amerika Serikat akan terus bekerja sama sepenuhnya dalam penyelidikan (kasus tersebut) dan memastikan keadilan ditegakkan di bawah sistem hukum yang berlaku di Jepang,” imbuhnya.