Pesawat Pengintai AS Nyaris Bertabrakan dengan 2 Pesawat Sipil

Pesawat Pengintai AS Nyaris Bertabrakan dengan 2 Pesawat Sipil

Pesawat mata-mata Amerika Serikat yang sedang melakukan penerbangan di perbatasan timur Rusia Minggu 22 Mei 2016 hampir bertabrakan dengan dua  pesawat sipil. Departemen Pertahahan Rusia menyatakan pesawat mata-mata itu terbang di atas Laut Jepang dan berada di jalur penerbangan sipil dan nyaris memunculkanbencana.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Mayor Jenderal Igor Konashenkov sebagaimana dilaporkan Interfax yang dikutip Sputnik Rabu 25 Mei 2016 mengatakan pesawat pengintai bermanuver di sepanjang rute udara internasional.

Juru bicara ini mengkritik tindakan Amerika ini sebagai “tindakan tidak profesional” dan mengancam nyawa warga sipil tak berdosa. Kementerian Pertahanan Rusia telah memanggil atase pertahanan AS dan meminta penjelasan langsung dari insiden tersebut.

Insiden pertama terjadi ketika pesawat mata-mata AS RC-135, diluncurkan dari Pangkalan Udara Kadena dan melakukan penerbangan pengintaian di atas Laut Jepang pada ketinggian 33.000 kaki (10.000 meter). Pilot mematikan transponder mereka dan terbang langsung di rute udara internasional yang dilalui oleh KLM Dutch Airlines  jurusan Tokyo-Amsterdam dan Swiss Airlines jurusan Tokyo-Zurich.

Pada pukul 05:41 waktu setempat dispatcher Rusia memberi perintah terakhir kepada jet penumpang Swiss Airlines untuk menurunkan ketinggian mereka guna mencegah tabrakan. Instruksi, yang disediakan oleh pusat kontrol lalu lintas udara regional Valdivostok, datang setelah awak Swiss melalui radio melihat sebuah pesawat empat-mesin bergerak ke arah mereka.

Insiden kedua juga memaksa pengendali lalu lintas udara Rusia untuk segera mengubah jalur penerbangan pesawat KLM Boeing-777 ketika sebuah “pesawat tak dikenal,” yang kemudian diketahui sebagai pesawat AS yang sama merambah jalur penerbangan pesawat jet penumpang.

Kontrol lalu lintas udara mendeteksi pesawat mata-mata pada radar pada ketinggian 36.000 kaki (11.000 meter). Pesawat pengintai AS menolak untuk menanggapi perintah kontrol udara agar meninggalkan jalur penerbangan. Pesawat penumpang terpaksa mengambil tindakan mengelak dengan menurunkan ketinggiannya hingga 1600 kaki (500 meter) untuk menghindari tabrakan.