Site icon

Bagaimana Bone Bisa Geser Peran BUFF?

Serangan udara Amerika terhadap ISIS di Irak dan Suriah sejak Agustus 2014 menunjukkan apa yang bekerja di Perang Afghanistan juga masih terjadi di perang ini. Dia adalah pembom berat B-1B. Dalam operasi Resolve Inherent melawan ISIS B-1B memang hanya terbang lima persen dari total seluruh pesawat, tetapi B-1B telah mengirimkan 35 persen dari total bom pintar yang digunakan.

Pada tahun 2001 B-52 yang melakukan tugas ini, tetapi bomber ini telah menjadi semakin tua dan tidal lagi mejadi bomber paling murah dan paling diandalkan. Kalaupun kemudian B-52 kembali di kirim ke medan perang ISIS beberapa waktu lalu, hal itu dilakukan karena B-1B harus menjalani perawatan dan upgrade. Tidak ada pilihan lain karena tidak mungkin menggunakan bomber siluman B-2 untuk misi ini mengingat akan sangat mahal.

Bomber paling produktif berikutnya adalah F-15E, yang biasa disebut “B-1 lite” karena F-15E adalah versi bomber dari pesawat tempur F-15 dan dapat tinggal di udara hampir selama B-1B dan membawa lebih dari enam ton bom pintar. F-15E terbang 20 persen dari total misi dan menjatuhkan 25 persen bom pintar. Dengan demikian dua pembom ini total mengambil 25 persen total terbang dan menyampaikan 60 persen dari bom pintar.

Pesawat tempur paling produktif berikutnya adalah F-16 (22 persen serangan mendadak dan 16 persen dari bom pintar) dan A-10 (17 persen serangan mendadak dan 15 persen bom pintar).  Sementara F-22 paling tidak produktif dengan hanya melaksanakan dua persen total penerbangan dan memberikan dua persen dari bom pintar. Peran UAV (MQ-1 dan MQ-9) cukup besar yakni 33 persen dari total penerbangan tetapi hanya tujuh persen mengirimkan bom pintar dan rudal. UAV sepertinya lebih banyak digunakan untuk misi mata-mata dan pengamatan.

B-52

B-1B mulai menjadi andalan setelah tahun 2003 ketika ikut dalam perang Irak dan Afghanistan. Pesawat berfungsi  sebagai “truk bom” yang dapat tinggal di udara sepanjang hari dan mengisi tempat yang dibutuhkan dengan cepat. AS adalah satu-satunya pengguna B-1B, dan pada tahun 2012  10.000 misi diterbangkan oleh 66 B-1B yang masih ada dalam pelayanan. Tidak buruk untuk 100 pesawat yang memasuki layanan pada tahun 1985. Pesawat terakhir disampaikan pada tahun 1988. Pada tahun 2000 ada 93 pesawat dan pada tahun 2003, 33 dari mereka pensiun. Banyak dari mereka dikanibal untuk suku cadang.

Hanya ada 65 “Bones” (dari kata B-One) tersisa sekarang, dan tidak melakukan apa yang sejak awal direncanakan dalam membangun mereka yakni untuk terbang rendah dan cepat ke wilayah musuh yang sangat kuat selama Perang Dingin untuk memberikan senjata nuklir. Tapi karena B-1B, 20 tahun lebih muda dari B-52, mereka tersedia untuk melakukan tugas sebanyak B-52 dan menjadi sangat populer di Afghanistan, di mana kemampuan terbang pada kecepatan tinggi (lebih tinggi dibandingkan dengan B-52). Sebuah B- 1B bisa menutupi seluruh negeri.

Pada satu hari satu B-1B bisa berada di satu wilayah di Afghanistan untuk mengirimkan satu atau bom pintar dan kemudian pergi ke tempat yang lain untuk melakukan hal yang sama. Ini adalah penggunaan berkelanjutan pertama dari B-1B dan  oleh pembom besar.Selama invasi Irak 2003 B-1B benar-benar menunjukkan kemampuannya. Meski hanya terbang lima persen dari total  operasi B-1B mengirimkan 40 persen dari total bom. Pesawat 216 ton ini dapat membawa 34 ton bom di tiga teluk bomnya.

NEXT: AWALNYA LEBIH MAHAL, KINI LEBIH MURAH

AWALNYA LEBIH MAHAL, KINI LEBIH MURAH

Pesawat ini didesain pada 1970-an dan memasuki layanan seperti Perang Dingin. Sejak awal dirancang B-1B memang sudah diyakini akan lebih dalam beroperasi dibandingkan B-52 BUFF (Big Fat Ugly Fella).

Tambahan kemampuan pada B-1B memungkinkannya untuk melakukan perjalanan rendah dan cepat, untuk menghindari pertahanan udara musuh. Prosedur perawatan baru telah menghilangkan kebutuhan untuk menjaga sistem berlebihan. Angkatan udara juga mencari solusi perawatan baru. Misalnya, mereka menggunakan teknik-teknik baru yang dikembangkan oleh penerbangan komersial dan pasukan udara di negara-negara lain. Semua ini membantu menjadikan biaya operasional turun. Akibatnya sekarang biaya operasional B-1B justru sekitar 15 persen lebih rendah dibandingkan dengan B-52 dan kurang dari setengah biaya untuk B-2.

Angkatan Udara AS juga meningkatkan berat pembom B-1B, sebuah proses yang akan berlangsung hingga akhir dekade ini. Sebanyak 65 pesawat akan mendapatkan cockpits baru (dengan layar datar warna untuk menggantikan yang monokrom saat ini) bersama dengan komunikasi digital sehingga data, termasuk gambar dan video, dapat dengan cepat dibagi dengan pesawat lain, serta unit darat dan kapal. Terakhir, sistem pengujian elektronik baru juga sedang dilakukan di pesawat ni.

Salah satu upgrade yang penting berlangsung pada tahun 2008 dan setahun kemudian B-1B menggunakan pod targeting Sniper dalam pertempuran untuk pertama kalinya. Pod ini memungkinkan awak pesawat untuk melihat, secara detail, apa yang terjadi di lapangan, bahkan ketika pesawat ini terbang pada ketinggian 6,8 kilometer (20.000 kaki). Sebagai contoh, pengguna pod dapat mengetahui apakah seseorang di sana berpakaian pria atau wanita atau membawa senjata.

B-1B, dirancang untuk menggantikan B-52 sebagai “bomber nuklir,” berakhir sebagai sebuah truk bom, dengan banyak teknologi tinggi dihapus atau dimatikan. Tetapi justru menjadikan B-1B terbukti cukup handal untuk bersaing dengan yang lebih tua, lebih sederhana, lebih murah, dan masih menjadi rekan kuatnya.

Baca juga:

10 Fakta Singkat Bomber B-1B Lancer

Exit mobile version