Analis militer Italia Manlio Dinucci meyakini ada bahaya terbesar yang berasal dari penyebaran sistem pertahanan rudal Amerika di Rumania dan Polandia.
Seperti diketahui Amerika telah meluncurkan apa yang dia sebut sebagai perisai rudal di Rumania dan dalam proses pembangunan untuk menginstal sistem yang sama di Polandia. Sulit untuk menghindari anggapan bahwa sistem ini sebenarnya ditujukan untuk Rusia.
Tetapi analis militer sekaligus penulis Il Manifesto, Manlio Dinucci, bukan karena sistem ini ditujukan untuk mencegat ICBM Rusia dan mengganggu keseimbangan nuklir yang menjadi bahaya dari sistem ini, tetapi ada hal yang jauh lebih buruk lagi.
Dalam pertemuannya dengan para pemimpin dari Swedia, Denmark, Finlandia, Islandia dan Norwegia di Washington pekan lalu, Presiden Obama menegaskan kembali kekhawatirannya tentang peningkatan kehadiran dan agresivitas militer Rusia dan di kawasan Baltik-Nordic dan menegaskan kembali Washington berkomitmen untuk mendukung pertahanan kolektif di Eropa.
“Komitmen ini,” menurut Dinucci, “Diungkapkan sehari sebelum di pangkalan udara Deveselu Rumania dilakukan peresmian sistem pertahanan rudal Aegis darat Amerika.”
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, yang hadir pada upacara tersebut bersama dengan Wakil Menteri Pertahanan AS Robert Work dan Perdana Menteri Rumania Dasia Ciaolos, mengucapkan terima kasih kepada Amerika Serikat, karena dengan fasilitas ini, secara signifikan akan meningkatkan kemampuan untuk melindungi sekutu Eropa melawan proliferasi rudal balistik dari luar kawasan Euro-Atlantik.
Sekjen juga mengatakan tentang dimulainya pekerjaan sistem lain Aegis darat yang mirip di Polandia. Kedua fasilitas darat merupakan tambahan untuk empat kapal Angkatan Laut AS Aegis yang berbasis di pangkalan Rota Spanyol dan disebarkan di Mediterania, Laut Hitam dan laut Baltik, instalasi radar Aegis di Turki dan sebuah pusat komando di Jerman.
Stoltenberg kembali menekankan bahwa situs di Rumania serta Polandia tidak ditujukan untuk Rusia. Pencegat terlalu sedikit dan terletak terlalu jauh di selatan atau terlalu dekat dengan Rusia untuk dapat mencegat ICBM Rusia.
Dan mengacu pada teknologi Stoltenberg menyebut sistem Aegis kapal dan darat berbasis pada sistem peluncuran vertical Mark 41 yang dibangun Lockheed Martin yang menggunakan tabung (di dalam perut kapal atau di sebuah bunker bawah tanah), untuk meluncurkan rudal pencegat SM-3.
Oleh karena itu sistem ini, disebut ‘perisai’ yang sebenarnya memiliki fungsi ofensif. Jika AS berhasil mencapai sistem ABM handal, mereka bisa menempatkan Rusia di bawah ancaman serangan nuklir pertama dengan mengandalkan kemampuan dari ‘perisai’ mereka untuk menetralisir kemungkinan pembalasan.
Pada kenyataannya, hal ini tidak mungkin pada tahap ini, karena Rusia dan bahkan China sekarang mengambil serangkaian langkah-langkah untuk membuat musuh tidak mungkin untuk mencegat semua hulu ledak nuklir mereka dalam serangan rudal. “Apa kemudian AS benar-benar berusaha untuk mencapai kemampuan itu dengan sistem Aegis yang berbasis Eropa?” tanya Dinucci sebagaimana dikutip Sputnik Rabu 18 Mei 2016.
Bahkan, dalam catatan Dinucci, Lockheed Martin sendiri secara terbuka menjelaskan karakteristik teknis dari sistem peluncuran vertikal Mark 41 yang mampu untuk meluncurkan semua jenis rudal dari rudal anti udara, anti-kapal, anti –kapal selam, dan untuk menyerang target darat. Tabung peluncuran dapat beradaptasi untuk rudal jenis apapun, termasuk jenis yang digunakan untuk pertahanan terhadap serangan rudal balistik, dan jelajah.
Tidak ada yang benar-benar dapat mengetahui tentang jenis rudal apa yang sebenarnya ditempatkan di peluncur vertikal di situs Deveselu, atau di kapal yang berlayar di dekat wilayah perairan Rusia. Moskow, Dinucci menambahkan, bahkan tidak bisa yakin bahwa rudal tidak bersenjata nuklir.
Oleh karena itu, analis militer ini berpendapat, peresmian basis pertahanan rudal di Deveselu mungkin menandakan akhir dari Perjanjian pembatasan rudal nuklir jarak menengah yang ditandatangani oleh AS dan Uni Soviet dan 1987, yang memfasilitasi penghapusan rudal darat dengan kisaran antara 500-5,500 km, termasuk RSD-10 Soviet dan Pershing serta Tomahawk AS yang berbasis di Jerman dan Italia.
Inilah yang paling berbahaya. Deveselu mengingatkan jikaini terjadi maka Eropa akan kembali kepada iklim Perang Dingin, dengan keunggulannya AS dapat menggunakan iklim seperti untuk meningkatkan pengaruh mereka pada sekutu Eropa. Bukan kebetulan bahwa pada pertemuan itu di Washington, Obama menyoroti ‘Konsensus Eropa’ untuk mempertahankan sanksi terhadap Rusia, dan memuji Denmark, Finlandia, dan Swedia yang telah memberi dukungan kuat Perdagangan Transatlantic dan Investasi Kemitraan, yang ingin AS tandatangani pada akhir tahun.