AS-Eropa akan Pasok Senjata ke Libya, Situasi Terancam Makin Kacau

AS-Eropa akan Pasok Senjata ke Libya, Situasi Terancam Makin Kacau

Sebanyak 22 negara mengeluarkan komunike bersama yang mengumumkan bahwa masyarakat internasional siap untuk menanggapi permintaan senjata dari Government of National Accord (GNA) untuk melatih dan melengkapi pasukan diperiksa.

Pada tahun 2011, Dewan Keamanan PBB memberlakukan embargo senjata terhadap Libya di tengah revolusi Arab Spring karena adanya kekerasan pemerintah terhadap warga sipil.

“Dugaan saya adalah bahwa kita [Amerika Serikat] akan mengirim senjata senjata defensif  ringan, amunisi, peralatan komando dan kontrol dan mungkin senjata anti-tank,” kata Wakil Menteri Pertahanan AS Dov Zakheim Selasa 17 Mei 2016.

Militer AS, catat Zakheim, akan menyediakan peralatan lainnya seperti Washington telah mengirimkan pasukan oposisi di Suriah, meskipun bagaimana senjata itu akan dipantau masih merupakan pertanyaan terbuka.

“Secara teori Amerika Serikat bisa permintaan untuk memonitor, tapi karena akan ada negara lain yang berpartisipasi jika ada mandat PBB, tanggung jawab untuk memantau permintaan tidak perlu jatuh ke Washington,” jelasnya.

Pada hari Senin, kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS John Kirby mengatakan Washington tidak melihat adanya permintaan untuk pasokan senjata dari GNA di Libya, tetapi akan memandang permintaan tersebut menguntungkan.

Libya telah dalam keadaan perang saudara sejak 2011 setelah penggulingan pemimpin Muammar Gaddafi oleh pemberontak yang didukung Barat. Sebuah pemerintah yang didukung PBB, GNA mengambil alih negara pada akhir Maret.

Salah satu anggota parlemen Inggris yang cukup terkenal George Galloway menilai langkah itu tidak akan membawa perdamaian pada negara yang sudah terkoyak-koyak tersebut.

“Saya tidak berpikir kita dapat menggunakan istilah ini kepada pemerintah Libya atau Perdana Menteri Libya karena tidak ada kekuatan yang dominant di Libya,  ada daya yang beragam,” kata Galloway saat diwawancara Brian Becker dan dikutip Sputnik Rabu 18 Mei 2016.

“Yang benar adalah bahwa mereka telah menghancurkan Libya menjadi puluhan potong,” kata Galloway. “Libya sebelumnya memiliki satu raja yakni Qaddafi, tapi sekarang mereka memiliki beberapa raja, dan beberapa generalissimos, yang semuanya memiliki senjata dan kemampuan untuk bertindak secara independen dari setiap pusat otoritas di Libya. ”

“Inggris dan Amerika, meskipun mereka mungkin menempatkan pasukan khusus, tidak akan membuat komitmen yang diperlukan dari pasukan darat untuk mencoba dan membawa situasi ini di bawah kontrol, “kata Galloway.

“Tidak ada yang bisa membantah bahwa Libya saat ini jauh lebih buruk daripada sebelum NATO, “katanya.

Baca juga:

5 Tahun Lalu Arab Spring Terjang Libya, Api Terus Menyala Musim Semi Tak Pernah Tiba