Jenderal Senior NATO Akui Pasukan Reaksi Cepat Mereka Sulit Lawan Rusia

Jenderal Senior NATO Akui Pasukan Reaksi Cepat Mereka Sulit Lawan Rusia

Para jenderal senior NATO yang memiliki pengetahuan tentang perencanaan logistik dan militer aliansi mengakui bahwa pasukan reaksi cepat mereka terlalu rentan jika melawan Rusia.

Anggota NATO setuju pada pertemuan puncak September 2014 di Wales untuk mendirikan Very High Readiness Joint Task Force (VJTF) dengan waktu penyebaran 48 jam untuk 5.000 pasukan.

“Rusia memiliki rudal anti-pesawat dan anti-kapal, baik berbasis darat dan laut, serta pesawat tempur yang berbasis di Kaliningrad Oblast dan bagian lain dari wilayahnya yang mampu menutupi daerah besar,” kata seorang juru bicara NATO seperti dikutip oleh The Financial Times dan dikutip Sputnik Senin 16 Mei 2016.

Seorang jenderal senior NATO mengatakan publikasi yang substansial dari aset militer Rusia di sepanjang Polandia dan perbatasan Lithuania akan menyerang secara besar-besara VJTF sebelum siap untuk melawan.

Juru bicara menekankan bahwa NATO sepenuhnya menyadari kemampuan Rusia di eksklave barat dari Kaliningrad yang “menimbulkan tantangan” bagi 28 anggota aliansi Barat.

“Kami sedang mempertimbangkan dimensi-dimensi tambahan seperti memperkuat dan memodernisasi pencegahan dan postur pertahanan kami dalam KTT Warsawa [8-09 Juli],” tambah juru bicara tersebut.

Kekurangan VJTF itu dilaporkan menjadi alasan mengapa menteri luar negeri NATO diperkirakan akan bertemu pekan ini dan menambah agenda pertemuan puncak Warsawa dengan penyebaran empat batalyon di Estonia, Latvia, Lithuania dan Polandia.

Salah satu diplomat Polandia mengatakan pasukan tambahan di sepanjang perbatasan Rusia adalah “minimum absolut” dari apa yang dibutuhkan untuk mencegah ancaman Rusia.

Baca juga:

http://www.jejaktapak.com/2016/04/02/nato-dan-rusia-kembali-ke-jurang-nuklir/