Perusahaan Jerman menarik investasi mereka di Inggris menjelang penyelengaraan referendum 23 Juni terkait keanggotaannya di Uni Eropa, dan kalangan industri Jerman semakin berpendapat bahwa keluarnya Inggris akan mempengaruhi perekonomian kedua negara.
Penarikan ini bisa dipandang dalam dua sudut. Bisa karena pengusaha Jerman panik atau khawatir, tetapi juga sebagai upaya memperingatkan kepada masyarakat Inggris bahwa memilih keluar dari Uni Eropa adalah pilihan salah.
Investasi asing langsung Jerman ke Inggris turun sebesar enam persen dalam kuartal pertama tahun ini menjadi semilai US$5 miliar dolar AS, data dari Bundesbank yang didapatkan oleh Reuters menunjukkan. Penurunan itu menyusul sebuah penurunan tahunan yang sudah menurun drastis sebesar lebih dari 40 persen pada 2015.
“Keluarnya Inggris itu berarti sebuah ketidakpastian bagi para perusahaan Jerman yang melakukan bisnisnya di Inggris,” kata Markus Kerber, kepala manajer dari Federasi industri Jerman BDI.
“Perusahaan-perusahaan menanggapi hal ini, mereka menunda atau mengurangi investasi mereka”.
Melihat adanya kekhawatiran dari peeusahan-perusahaan dan para investor Jerman sebelum diadakannya referendum Inggris, Kerber mengatakan bahwa keluarnya Inggris akan mengarah kepada ketidakpastian hukum yang buruk selama setidaknya dua tahun ke depan, menyebabkan adanya resiko ekonomi bagi Inggris dan Jerman.
Sejumlah perusahaan Jerman merupakan investor terbesar bagi Inggris Raya, dengan 2.500 anak perusahaan dan sekitar 500.000 pegawai Inggris dalam sektor seperti pelayanan finansial, produksi, transportasi, energi dan perdagangan, menurut German Industry UK, sebuah organisasi swasta yang beranggotakan sekitar 100 kepala eksekutif dari sejumlah perusahaan di Inggris dengan kepemilikan saham mayoritas Jerman.
Sementara para perusahaan Jerman pada umumnya menolak untuk mengeluarkan komentar terkait rencana investasi mereka di Inggris, terdapat sejumlah tanda bahwa para manajer menjadi semakin khawatir menjelang diadakannya referendum.
“Dari pandangan kami, itu akan memberikan keuntungan, terutama dalam bentuk kekayaan dan ketenagakerjaan jika Inggris tetap berada dalam Uni Eropa,” seorang juru bicara dari Siemens mengatakan.
Dia mengatakan bahwa jika Inggris benar-benar akan meninggalkan Uni Eropa, Siemens tidak akan menghentikan aktivitas bisnisnya di negara itu. “Namun keluarnya Inggris akan berpengaruh saat adanya pengambilan keputusan terkait investasi mendatang”.
Seperti banyaknya perusahaan Jerman lain di Inggris, Siemens mengirimkan sepucuk surat kepada 14.000 orang pekerja asal Inggrisnya bulan lalu, memperingatkan akan adanya resiko yang akan dihadapi perusahaan jika Inggris memilih untuk keluar.
“Terutama, sebuah kesepakatan perdagangan baru dengan Uni Eropa dapat menghabiskan waktu beberapa tahun untuk menyelesaikan dan itu tidak mungkin untuk memperkirakan persyaratan apa yang akan disepakati dan dengan biaya berapa,” manajemen Siemens mengatakan.
“Ketidakpastian ini, dan ancaman akan biaya yang semakin tinggi, dapat membuat Inggris menjadi sebuah tempat yang kurang menarik untuk melakukan kegiatan bisnis dan kemungkinan menjadi sebuah faktor saat Siemens memperkirakan investasi ke depannya disini,” tambahnya.
Para perusahaan lain yang juga mengeluarkan surat atau pernyataan yang serupa termasuk di antaranya BMW, yang para pekerja Inggrisnya memproduksi mobil mewah Rolls-Royce, begitu pula dengan perusahaan bahan kimia BASF dan produsen pesawat, Airbus.
Keluarnya Inggris tidak hanya akan berpengaruh kepada perekonomian Inggris. Sebuah kajian yang dilakukan oleh DZ Bank menunjukkan bahwa itu juga akan memberikan dampak kepada Jerman senilai 45 miliar euro pada akhir 2017 saat ekspor dari negara-negara pengekspor besar Eropa juga diperkirakan akan terkena dampak, pada saat adanya permintaan dari pasar yang berkembang seperti China.
Pada 2015, sejumlah perusahaan Jerman mengekspor produknya senilai sekitar 89 miliar euro ke Inggris, menjadikan Inggris sebagai tujuan ekspor terbesar ketiga. Pada saat yang sama, Jerman mengimpor produk dari Inggris senilai sekitar 38 miliar euro, memberikan keuntungan perdagangan sekitar 51 miliar euro.
Dengan jumlah keseluruhan perdagangan semilai 127,5 miliar euro, Inggris merupakan rekan perdagangan terbesar kelima bagi Jerman setelah Amerika Serikat, Prancis, Belanda dan China. Bagi Inggris sendiri, Jerman merupakan rekan bisnis terbesar mereka, disusul oleh Amerika Serikat.