Pasukan Khusus Inggris menggelar operasi hitam dengan meluncurkan serangan peperangan elektronik yang menghancurkan sistem komunikasi ISIS di Libya. Dengan menggunakan sistem jamming yang canggih mereka melumpuhkan jaringan komunikasi kelompok ISIS di sekitar benteng mereka dari Sirte, sebuah kota di pantai Mediterania Libya yang berjarak hanya 200 mil dari Eropa.
Menurut sumber-sumber pertahanan yang dikutip Daily Mail Minggu 15 Mei 2016 serangan ‘black ops’ dipimpin oleh awak sebuah pesawat mata-mata Joint RAF Rivet.
Ahli komunikasi RAF melakukan serangan dengan tuning ke frekuensi musuh. Para kru kemudian menggunakan pemancar berkekuatan tinggi yang adai di pesawat untuk meluncurkan gangguan pada gelombang yang memiliki panjang sama dan menenggelamkan percakapan musuh.
Sementara itu, kapal HMS Enterprise, tim cyber warfare GCHQ mengukur respon terhadap serangan jamming pekan lalu dengan memantau komunikasi online antara pemimpin ISIS yang diyakini berada memimpin 6.000 personel di Libya.
Seorang sumber mengatakan: “Mereka sangat marah dan tidak mengerti apa yang salah. Kami membunuh frekuensi mereka selama 40 menit – cukup lama untuk membuktikan kemampuan, tetapi tidak begitu lama ISIS kemudian menyadari apa yang terjadi.
Semua komunikasi musuh termasuk ponsel dan internet rentan terhadap intersepsi. Ini adalah praktik terbaik untuk memantau dan mengumpulkan informasi, kemudian kadang-kadang menggunakan serangan jamming untuk menyebarkan kebingungan di antara barisan mereka.
“Ada kekurangan sumber daya manusia ISIS di di Libya sehingga data intelijen apapun yang kita bisa kumpulkan dari mendengarkan percakapan mereka, semakin baik.”
Sumber juga menyebutkan bahwa hingga 50 pasukan dari Skuadron C, Special Boat Service (SBS) diharapkan untuk menyebarkan ke Libya pekan ini, tapi hingga Senin 14 Mei malam Kementerian Pertahanan menolak untuk mengomentari perkembangan ini.
Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan mengatakan: “Kami tidak mengomentari Pasukan Khusus.”