Jet tempur F-35 baru milik Angkatan Udara Amerika disebut telah mengusung kemampuan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk menghancurkan target udara ataupun darat serta menangkap gambar secara realtime.
Pesawat tempur siluman ini lebih mudah bagi pilot untuk mencari, melacak dan menghancurkan sasaran musuh di berbagai kondisi tempur termasuk serangan dari rentang lebih jauh.
Berbicara kepada Scout Warrior Kolonel , Angkatan Udara Todd Canterbury, mantan pilot dan instruktur F-35, mengatakan pesawat tempur baru membawa berbagai teknologi baru termasuk sensor canggih, radar, senjata untuk menyerang dan komputer generasi baru.
Canterbury saat ini menjabat sebagai Kepala Operasi Divisi Integrasi Kantor F-35 di Pentagon. Sebelumnya dia telah menjadi pilot F-35 di Eglin Air Force Base, Fla dan memiliki ribuan jam terbang dengan jet tempur F-16 dan F-15 sehingga mampu membandingkan margin dari masing-masing pesawat.
“F-35 adalah mimpi untuk terbang. Ini adalah pesawat paling mudah untuk terbang. Sekarang saya bisa fokus pada pekerjaan dan memenangkan pertempuran,” kata Canterbury mengatakan Scout Warrior Rabu 11 Mei 2016
Canterbury merujuk ke kemajuan teknologi F-35 yang disebut “sensor fusion,” sistem yang menempatkan informasi radar penargetan, navigasi dan ketinggian di layar tunggal untuk. Hal ini menjadikan pilot bisa mengandalkan komputer algoritma untuk melihat gambar battlespace mereka secara utuh dan tidak perlu lagi melihat layar yang berbeda untuk menargetkan koordinat, kecepatan udara, pemetaan dan informasi medan, sensor feed atau data yang masuk dari radar penerima peringatan.
Electro-Optical Targeting System atau EOTS F-35 menggabungkan teknologi pencarian dan pelacakan sensor inframerah untuk pilot yang memungkinkan mereka untuk menemukan dan melacak target sebelum menyerang dengan senjata presisi dipandu.
Sistem EOTS direkayasa untuk bekerja bersama-sama dengan teknologi yang disebut Distributed Aperture System atau DAS, yang terdiri dari enam kamera strategis yang dipasang di sekitar pesawat untuk memberikan pilot pandangan 360 derajat.
“Saya bisa melihat melalui pesawat dan melihat daratan di bawah saya. Aku dapat melihat langsung di bawah saya tanpa harus mengaburkan visi saya, “kata Canterbury.
DAS juga berfungsi dalam pelacakan presisi, kemampuan pengendalian tembakan dan kemampuan untuk memperingatkan pilot dari ancaman yang mendekat.
F-35 juga direkayasa dengan radar Active Electronically Scanned Array yang mampu melacak sejumlah sinyal elektromagnetik, termasuk pengembalian dari Synthetic Aperture Radar, atau SAR. Hal ini memberikan gambaran dari kontur tanah atau daerah sekitarnya bersama dengan Ground Moving Target Indicator atau GMTI untuk melihat berbagai target di darat secara jelas.
Paket perangkat lunak F-35 ini sedang dikembangkan secara bertahap. Blok 2B memungkinkan JSF untuk memberikan dukungan udara jarak dekat dan memecat AMRAAM (Advanced Medium Range Air to Air Missile), JDAM (Joint Direct Attack Munition) atau GBU 12 (laser-guided aerial bomb),
Peningaktan selanjutnya adalh Blok 3i yang akan meningkatkan kemampuan tempur lebih jauh dan Blok 3F dengan membawa kemampuan tempur jarak jauh yang meningkat untuk menekan pertahanan udara musuh.
Angkatan Udara berencana untuk mencapai status operasional dengan perangkat lunak Blok 3i tahun 2016. Semetnara kemampuan operasional penuh akan datang dengan Blok 3F.
Blok 3F akan meningkatkan kapasitas pengiriman senjata dari JSF juga, memberikan kemampuan untuk menjatuhkan Small Diameter Bomb, 500-pound JDAM and AIM 9X short-range air-to-air missile.