DAMPAK POLITIK
Selain masalah harga, keputusan Australia mengenai kapal selam itu memberi dampak politis bagi kedua belah pihak di dalam negeri dan di luar. Pengamat industri sudah mengantisipasi bahwa keputusan akan keluar pada akhir tahun ini, namun Turnbull yang akan menghadapi pemilihan umum pada 2 Juli mempercepat proses tersebut.
Kontrak tersebut akan berdampak pada lapangan kerja bagi ribuan orang untuk kalangan perkapalan di Australia Selatan yang akan menjadi kantong pemilihan penting untuk peluang pemerintah merebut kemenangan lagi.
“Proyek kapal selam akan memakai pekerja perkapalan Australia membangun kapal selamnya dengan baja milik Australua,” kata Tunrbull.
DCNS mengusulkan versi disel-listrik sebagai pembangkit daya bagi kapal selam nukli Barakuda dengan bobot 5.000 ton, memperoleh kepercayaan dari pemuka pemerintah dan industri Australia dalam penawaran tersebut.
Jepang menawarkan membangun variasi dari kapal selamnya yaitu Soryu yang berbobot 4.000 ton, suatu kesepakatan yang akan memperkokoh hubungan hubungan strategis dan pertahanan antar dua sekutu Washington di kawasan tersebut, tetapi akan riskan menimbulkan kebencian dari Tiongkok yang merupakan mitra dagang utama bagi Australia.
Di bawah kepemimpinan perdana menteri sebelumnya, Tony Abbott, Jepang telah memimpin dalam perlombaan mendapat kontrak pembuatan kapal selam, namun ketika Abbott terdepak oleh Tunrbull, kritik terhadap Jepang mulai muncul.
“Pilihan yang tidak menguntungkan merupakan cara untuk membocorkan berita bahwa tawaran Jepang tidak disukai, dan tentu saja ini menghina Jepang,” kata Eduan Graham, kepala Lowy Institute, yaitu lembaga pemikir keamanan internasional di Australia.
“Hubungan negara akan sedikit terganggu namun akan segera pulih,” katanya. ThyssenKrupp menawarkan kapal selam berbobot hingga 2.000 ton, tipe 214.