Dalam kisah Ramayana atau wayang secara umum, Ramaparasu bukanlah tokoh yang begitu terkenal. Lakonnya jarang dimainkan oleh dalang karena memang kisah ‘tua’. Tokoh ini bahkan ada sebelum kisah Rama-Shinta dan petualangan Rahwana.
Siapa dia? Ramaparasu berasal dari garis resi. Dia adalah putra Resi Jamagdani.Pada suatu hari Raja Henaya datang ke padepokan ayahnya dan membunuh seluruh keluarga Ramaparasu yang menjadikannya bersumpah untuk membunuh semua kstaria. Hal ini karena Raja Henaya merupakan gambaran dari kelompok kstaria.
Maka mulailah Ramaparasu memulai petualangannya. Dengan kapak Bagawastra sebagai andalannya, dia melanglang dunia untuk mencari setiap kstaria dan membunuhnya sebagai pelampiasan dendam. Dia tidak terkalahkan. Namanya menjadi momok yang sangat menakutkan bagi para ksatria.
Sampai akhirnya Ramaparasu bosan hidup. Dia ingin mati dalam sebuah pertarungan. Hanya saja tidak ada satupun yang mampu mengalahkan dia dan menahan gempuran Bagawastra. Dia tahu hanya ada satu yang bisa melakukan ialah ksatria yang menjadi titisan Wisnu.
Maka dicarilah ksatria itu untuk dijadikan jalan mati. Yang dia dengar kestaria itu adalah Harjuna Sasrabahu, Raja Maespati. Sosok ini juga dikenal sakti mandraguna bahkan mampu membuat Rahwana tekuk lutut.
Secara kebetulan, Harjuna Sasarabahu juga sedang galau. Dia benar-benar patah hati karena ditinggal mati istri tercintanya, Citrawati. Seperti Ramaparasu, dia juga ingin mati secara kesatria, tetapi tidak ada yang mampu mengalahkannya. Tidak ada senjata yang mampu mengalahkan kecuali yang dimiliki oleh titisan Wisnu. Maka dia pun juga mencari titisan Wisnu itu.
Bertemulah keduanya di suatu tempat. Sama-sama yakin bahwa yang dihadapi titisan Wisnu, maka keduanya bertarung habis-habisan karena ingin mati secara jantan. Hingga akhirnya keduanya melepaskan senjata masing-masing. Harjuna Sasrahabu yang kemudian tewas karena hantaman Bagawastra.
Ramaparasu tercenung. Antara marah dan bingung melihat keadaan. Dia tidak menyangka bahwa dirinya sendirilah titisan Wisnu. Sosok yang dia cari selama ini ke mana-mana ternyata justru dirinya sendiri. Betapa bodohnya dia tidak menyadari siapa dia sebenarnya. Tepat ketika dia menyadari keadaan, Wisnu keluar dari dirinya dan kemudian pada suatu saat menitis ke Sri Rama. Dari tangan Rama-lah Ramaparasu dan Bagawastra tidak berkutik dan akhirnya menemukan akhir kisahnya.
Kenapa saya menulis kisah Ramaparasu? karena kerap berpikir kita (Indonesia) mirip dengan kisah ini. Negara ini lahir dari kisah yang hebat. Dia juga sebuah negara yang sebenarnya sangat hebat. Memiliki modal besar berupa kekayaan budaya yang luar biasa beragam, tanah yang luas dan subur, lautan luas yang kaya akan ikan, telah melalui sejarah panjang yang begitu hebat. Banyak negara yang iri dengan Indonesia, tetapi yang selalu memunculkan pertanyaan kenapa Indonesia sulit sekali menjadi negara besar. Mari jujur, Indonesia masih terus tertinggal dengan negara-negara yang lahir hampir bersamaan seperti India, China, atau bahkan Vietnam. Mereka telah mampu bangkit dari kehancuran akibat perang dan penjajahan dan menemukan dirinya sendiri untuk mengukuhkan siapa dia sebenarnya dan disegani orang lain.
Sementara kita masih terlihat kebingungan. Kita berusaha untuk menjadi hebat tetapi dengan cara meniru orang lain. Kita begitu kaya budaya tetapi justru sangat mengagumi budaya lain.
Ingat Harlem Shake? Tarian aneh dari Korea Selatan yang sempat booming di Indonesia beberapa waktu silam. Benar-benar menjadi idola, padahal apa indahnya tarian itu? Dan gerakan yang mirip tetapi lebih hebat ada pada tari Kecak dari Bali. Tetapi kenapa tari Kecak tidak pernah menjadi idola?
Itu hanya satu dari banyak hal kita begitu mengagumi orang lain dan melupakan milik sendiri yang sebenarnya jauh lebih hebat.
Di tulisan sebelumnya sudah saya singgung bagaimana India, China, Vietnam, Jepang bisa begitu hebat. Mereka bisa melakukannya karena teguh menjalani siapa dirinya. Tidak mau mengikuti orang lain. Dia adalah dia. Meski harus pontang-panting dan tertatih-tatih di awalnya, tetapi mereka tidak mau berubah menjadi bangsa lain.
Sementara kita? seberapa teguh kita memegang budaya kita? Kita begitu ingin mirip dengan orang Eropa, Amerika dan Korea. Lupa bahwa mereka bukan kita dan kita bukan mereka. Kita adalah kita. Kita yang hebat.
Seperti itu mungkin gambaran Indonesia. Tidak tahu dirinya sendiri. Akhirnya tabrak sana, tubruk sini, hantam sana hantam sini, dan akhirnya tak maju-maju, bahkan semakin mundur. Indonesia yang dulunya produsen gula terbesar di dunia kini balik jadi pengimpor terbesar di bumi. Negara dengan tanah begitu luas segala jenis bahan makanan harus impor. Negara dengan garis pantai luar biasa panjang, garam pun harus beli dari negeri orang. (az@jejaktapak.com)
Tulisan tentang Ramaparasu ini pernah saya tulis di blog lama dan kompasiana yang kemudian saya hapus. Tetapi ternyata sudah ada beberapa blog yang mengambil tanpa menyebutkan sumbernya. Tidak apa-apa. Yang penting bermanfaat.