Site icon

Pertama di Perang Afghanistan, Drone Lebih Pegang Kendali

MQ-9 Reaper

Untuk kali pertama dalam sejarah Perang Afghanistan, serangan drone Amerika telah melebihi serangan jet tempur berawak. Data menunjukkan serangan oleh pesawat tak berawak menyumbang 56% persen dari total serangan angkatan udara di Afghanistan pada tahun 2015 yang m eningkat 5% dari tahun 2011.

Pada kuartal pertama 2016, sekitar 300 senjata telah dilepaskan dari udara oleh USAF dengan drone mengambil 61% peran.

Tren ini menunjukkan bagaimana strategi militer AS yang telah menarik pasukan daratnya dari Afghanistan tetapi masih menopang kekuatan lokal untuk melawan gerak maju Taliban yang kembali agresif.

Pada tahun 2015, drone merilis sekitar 530 bom dan rudal di Afghanistan. Jumlah ini mencapai setengah dari jumlah senjata yang dilepaskan drone di Afghanistan pada 2014 yang menjadi puncak keterlibatan pesawat tanpa awak di perang tersebut. Jumlah total serangan 2015 total hampir dua kali lipat dari jumlah bom dan rudal yang dirilis oleh drone ketika NATO terutama Amerika memperluas misinya menjadi lebih dari 100.000 tentara.

Presiden Barack Obama mengatakan pada 2013 penarikan Afghanistan setelah 2014 akan mengurangi kebutuhan untuk serangan tak berawak  di tengah kekhawatiran dari kelompok hak asasi manusia dan sejumlah kelompok lain tentang tingginya korban sipil karena serangan salah sasaran.

Jumlah rudal dan bom yang dijatuhkan oleh pesawat di Afghanistan benar-benar telah turun drastis pada tahun 2015, terutama karena misi NATO yang dipimpin AS menghentikan operasi tempur pada akhir 2014 dan saat ini merupakan operasi skala kecil.

Namun saat kekuatan telah menyusut, Amerika telah bersandar pada pesawat tak berawak lebih banyak dibanding sebelumnya. Data Angkatan Udara mengungkapkan, serangan pesawat tak berawak mencapai setidaknya 61% dari total serangan yang dilakukan pada kuartal pertama tahun ini.

“Dalam beberapa bulan terakhir itu pasti akan mengalir lagi,”  kata Letnan Kolonel Michael Navicky, komandan 62nd Expeditionary Reconnaissance Squadron sebagaimana dikutip The Guardian Rabu 20 April 2016.

“Kami telah melihat penyebaran senjata meningkat dalam beberapa bulan terakhir, ,” katanya dari sebuah pangkalan udara AS di selatan kota Kandahar.

Baca juga:

Eropa Kian Nge-Drone

Exit mobile version