Baru-baru ini dua jet tempur Suriah ditembak jatuh ketika melakukan misi serangan ke sejumlah target. Damaskus pun curiga ISIS mendapatkan MANPADS (sistem pertahanan udara portabel) dari Turki dan Arab Saudi.
“Kami tak mengesampingkan kemungkinan bahwa Turki dan Arab Saudi telah memasok mereka [ISIS], dan mereka akan mulai menggunakan peralatan-peralatan tersebut,” kata Menteri Informasi Suriah Omran al-Zoubi kepada wartawan, Jumat 15 April 2016.
DIa menteri juga mengatakan bahwa pasukan bersenjata Suriah tidak pernah melanggar rezim gencatan senjata.
“Tentara Suriah tidak pernah melanggar perjanjian gencatan senjata,” katanya seraya menambahkan bahwa semua rincian pelaksanaan gencatan senjata dilaporkan secara reguler ke pusat rekonsiliasi Rusia untuk pihak-pihak yang bertikai di Suriah di Pangkalan Udara Rusia di Hmeimim.
“Militer Suriah dan Rusia secara reguler mengoordinasikan semua langkah dan memantau segala jenis pelanggaran (gencatan senjata) yang dilakukan kelompok-kelompok bersenjata tertentu,” katanya.
Kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi Rusia dan AS mulai berlaku pada 27 Februari lalu di seluruh Suriah. Gencatan senjata ini didukung baik oleh pemerintah Suriah maupun puluhan kelompok oposisi lainnya di negara tersebut. Sementara, kelompok teroris ISIS, front al-Nusra, dan organisasi teroris lainnya yang diakui PBB tidak dimasukkan ke dalam kesepakatan tersebut
Menurut statistik PBB, pertempuran antara pasukan pemerintah Suriah dan gerilyawan sejak awal 2011 telah menewaskan lebih dari 220 ribu jiwa dan menelantarkan jutaan rakyat sipil. Berbagai kelompok militan di Suriah membentuk formasi bersenjata, tapi yang paling aktif melawan pasukan pemerintah adalah kelompok teroris ISIS dan front Jabhat al-Nusra.
Baca juga:
Melihat Kemampuan 9K333 Verba, MANPADS Generasi Terbaru Rusia