CIA, bekerja sama dengan sekutu utama Washington di Timur Tengah, termasuk pemerintah di Arab Saudi, Turki dan Qatar, sedang mempersiapkan apa yang disebut sebagai ‘Plan B’ atau Rencana B yang akan mengarahkan pada eskalasi dramatis terkait upaya mempersenjatai kelompok-kelompok anti Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Mengutip pejabat senior AS, Wall Street Journal melaporkan bahwa rencana itu diarahkan untuk “memberikan kepada para pemberontak dengan sistem senjata yang mampu menjatuhkan pesawat dan menghantam artileri Suriah. Pada akhirnya pertumpahan darah dipilih menjadi solusi akhir di Suriah.
Rencana yang sedang dibahas di Gedung Putih dan CIA akan secara dramatis meningkatkan ancaman konfrontasi militer antara AS dan Rusia, dua kekuatan nuklir terbesar di dunia.
“Rencana B” seharusnya berlaku setelah Washington mencapai kesimpulan bahwa “Rencana A” telah gagal. “Rencana A” adalah upaya untuk mengamankan kolaborasi PBB, Rusia, Iran dan elemen-elemen dalam pemerintah Assad sendiri untuk mencapai penyelesaian di meja perundingan yang sedang berlangsung.
“Jika gencatan senjata runtuh, jika negosiasi tidak pergi ke mana pun, dan kami kembali ke perang saudara pada kecepatan penuh, semua taruhan akan off,” kata seorang pejabat pemerintahan Obama kepada Wall Street Journal.
“Kekuatan luar akan melipatgandakan bahkan akan hingga tiga kali lipat melemparkan segala sesuatu yang mereka miliki ke Suriah, termasuk persenjataan yang jauh lebih mematikan.”
Bocornya rencana CIA ini muncul setelah pejabat AS menuduh bahwa pemerintah Assad mengancam untuk mengganggu pembicaraan damai yang direncanakan akan dilanjutkan di di Jenewa pekan ini dengan mengejar para kelompok militer di sekitar kota Suriah Aleppo.
Sebuah perjanjian penghentian permusuhan di Suriah mulai berlaku Februari tidak berlaku untuk dua kelompok yakni ISIS dan Front Nusayang keduanya didefinisikan oleh Washington dan PBB sebagai organisasi teroris.
“Itu akan menghancurkan, bagi orang-orang dari Aleppo tentu saja, tetapi bukan itu saja, juga untuk proses penghentian permusuhan yang rumit, akses kemanusiaan dan negosiasi politik yang semua berhubungan satu sama lain,” kata Duta Besar AS untuk PBB Samantha Power.
Power dan pejabat pemerintahan menuduh pemerintah Suriah menggunakan alasan menyerang Front Nusa untuk menyasar kelompok anti pemerintah lain.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Mark Toner kepada wartawan, Senin 11 April 2016 mengatakan kelompok yang didukung oleh Washington posisinya tidak berjauhan dengan posisi Front Nusa. Hal ini menjadikan pemerintah akan mudah untuk menyasar mereka dengan alasan menyerang Front Nusa.