Sebuah jajak pendapat baru yang dirilis Rabu 13 April 2016 dan dilakukan oleh Perusahaan Public Relations dan Riset Penn Schoen Berland, menunjukkan bahwa upaya AS untuk merebut hati dan pikiran rakyat Irak telah gagal total.
Perusahaan, yang didirikan pemimpin strategi Hillary Clinton, Mark Penn, mewawancarai 250 pria Irak dan wanita secara tatap muka, bersama 3.250 wawancara di 15 negara lain di seluruh dunia. Semua orang yang diwawancarai antara usia 18-24. Jajak pendapat ini memiliki margin of error +/- 1,65%.
Sebagian besar yakni 93% dari warga Irak yang diwawancarai menganggap Amerika Serikat menjadi musuh, sementara hanya 6% dari mereka yang menganggap Amerika sebagai sekutu.
Penemuan jajak pendapat itu menunjukkan tingginya korban jiwa dan biaya yang digelontorkan untuk invasi pimpinan AS ke Irak dan menggulingkan Saddam Hussein. Over ditambah 10 tahun pendudukan dengan lebih 1 juta orang Irak tewas, menjadikan 1/3 penduduk negara mengungsi dan, Irak terperosok dalam ketidakstabilan politik dan ekonomi tidak ada hasilnya sama sekali.
Dalam beberapa tahun terakhir, Irak telah menjadi sarang ISIS dan terancam menjadi negara gagal. ISIS telah menguasai sejumlah benteng di Irak utara serta melembagakan bentuk pemerintahan fundamentalis.
Dalam pidato sebelum invasi 2003, Wakil Presiden AS Dick Cheney mengklaim bahwa Irak akan bersuka cita karena invasi AS untuk menggulingkan Saddam Hussein.
Perang itu juga disebut sebagai “cakewalk,” yang hanya membutuhhkan waktu beberapa bulan bahkan mungkin minggu. Tetapi yang terjadi kemudian perang konflik berubah menjadi perang dalam dekade panjang yang telah menghancurkan infrastruktur negara sekali dan sistem sosial serta ekonomi masyarakat.
Reputasi Amerika pada penduduk berusia 18-24 tahun di seluruh Timur Tengah juga tidak jauh lebih baik dengan 82% warga Yaman, 81% warga Palestina, dan 57% warga Lebanon melihat Amerika sebagai musuh.
Haroon Moghul, dari Institute of Social Policy and Understanding, yang menyampaikan penjelasan tentang jajak pendapat ini mengatakan “Selama bertahun-tahun, banyak yang berpendapat bahwa Muslim dan Arab, seperti manusia lainnya, tidak suka dibom atau diduduki, dan akhirnya kami memiliki studi mengkonfirmasi kecurigaan ini.”