Korea Utara telah mengasah kemampuan sistem pesawat tak berawak mereka selama lebih dari 25 tahun, mengembangkan drone canggih yang diyakini mampu baik dalam misi serangan udara dan infiltrasi jauh ke wilayah lawan. Bagiaman cara mereka melakukannya?
Drone serangan terbaru Korea Utara yang masuk ke wilayah udara Korea Selatan selama Zona Demiliterisasi (DMZ) menjelaskan bahwa program pesawat tak berawak telah berkembang luas di negara tersebut dan bisa menjadi kartu liar dalam kebuntuan 52 tahun yang terjadi di antara dua korea.
Serangan pesawat tak berawak dari Utara telah memunculkan keraguan apakah Korea Selatan bisa membela wilayah udaranya. Menurut data yang dimiliki Seul, Korea Utara diyakini memiliki sekitar 300 drone, beberapa di antaranya mampu melaksanakan misi serangan udara “bunuh diri” serta pengintaian.

Di samping senjata nuklir dan rudal yang dimiliki, drone Korea Utara bisa memberikan kemampuan Pyongyang untuk menargetkan baik intelijen dan menghilangkan target bernilai tinggi Korea Selatan tanpa berisiko mengorbankan nyawa manusia.
Menurut peneliti pertahanan Joseph Bermudez, Korea Utara mengakuisisi kendaraan tanpa awak udara (UAV) pertama dari Cjoma antara tahun 1988 dan 1990. Perkembangan di Korea Utara dimulai pada sekitar waktu yang sama letola kementerian pertahanan Korea Selatan mengumumkan bahwa mereka berusaha untuk membangun armada UAV.