Site icon

Melacak Asal-usul Kekuatan Drone Korea Utara

Korea Utara telah mengasah kemampuan sistem pesawat tak berawak mereka selama lebih dari 25 tahun, mengembangkan drone canggih yang diyakini mampu baik dalam misi serangan udara dan infiltrasi jauh ke wilayah lawan. Bagiaman cara mereka melakukannya?

Drone serangan terbaru Korea Utara yang masuk ke wilayah udara Korea Selatan selama Zona Demiliterisasi (DMZ) menjelaskan bahwa program pesawat tak berawak telah berkembang luas di negara tersebut dan bisa menjadi kartu liar dalam kebuntuan 52 tahun yang terjadi di antara dua korea.

Serangan pesawat tak berawak dari Utara telah memunculkan keraguan apakah Korea Selatan bisa membela wilayah udaranya. Menurut data yang dimiliki Seul, Korea Utara diyakini memiliki sekitar 300 drone, beberapa di antaranya mampu melaksanakan misi serangan udara “bunuh diri” serta pengintaian.

Drone milik Korea Utara

Di samping senjata nuklir dan rudal yang dimiliki, drone Korea Utara bisa memberikan kemampuan Pyongyang untuk menargetkan baik intelijen dan menghilangkan target bernilai tinggi Korea Selatan tanpa berisiko mengorbankan nyawa manusia.

Menurut peneliti pertahanan Joseph Bermudez, Korea Utara mengakuisisi kendaraan tanpa awak udara (UAV) pertama dari Cjoma antara tahun 1988 dan 1990. Perkembangan di Korea Utara dimulai pada sekitar waktu yang sama letola kementerian pertahanan Korea Selatan mengumumkan bahwa mereka berusaha untuk membangun armada UAV.

Next: Berawal dari Drone China

Berawal dari Drone China

Pada akhir tahun 1993, Korea Utara mengatakan telah mulai memproduksi sendiri analog dari UAV Xian ASN-104 China  yang awalnya disebut Panghyon (“Fender”). Sebuah model kemudian didasarkan pada ASN-105 yang lebih canggih dan kemungkinan yang dikenal sebagai Panghyon-2. Drone ini diyakini juga telah diproduksi.

Pada tahun 1994 Korea Utara memperoleh akses ke UAV pengintai militer Suriah Tu-143 Reys, yang didukung oleh mesin turbojet. Korea Utara diduga telah mempersenjatai drone ini sehingga mampu membawa senjata nuklir atau biologis.

Pada tahun yang sama, Korea Utara membeli 10 varian ekspor drone Pchela-1T (“Bee”) dari Rusia Kulon Scientific Research Institute.  Pchela-1T itu mungkin diekspor sebagai Shmel-1 (“Bumblebee”) yang sebelumnya dikembangkan oleh Yakovlev Biro Desain, dan memiliki kontrol televisi, tetapi tidak mampu terbang di malam hari.

Korea Utara juga menyatakan minatnya untuk membeli drone Pchela lebih banyak selama kunjungan Kim Jong Il ke Rusia pada tahun 2001. Pada sekitar waktu yang sama, pihaknya mengembangkan Pchela-1IK, yang memiliki kontrol inframerah, sehingga mampu terbang di malam hari.

Truk membawa drone Zil-130 Korea Utara diyakini dimodelkan pada MQM-107D buatan AS. Di parade militer menandai ulang tahun ke-100 pendiri Korea Utara akhir Kim Il Sung di Pyongyang 15 April 2012 truk ini juga ditampilkan.

Next: Mengagetkan Korea Selatan

Mengagetkan Korea Selatan

Pada tahun 2005, intelijen Korsel memiliki rencana rinci tindakan Korea Utara dalam kasus perang. Rencana menunjukkan bahwa Korea Utara akan mengarahkan militernya dari bunker bawah tanah, membuat keputusan berdasarkan data intelijen dari satelit mata-mata dan UAV.

Pada saat itu, Korea Selatan bereaksi terhadap gagasan sebelumnya yang menilai pesimis Utara memiliki UAV. Korea Selatan akhirnya mengakui kemampuan Pyongyang dalam hal drone dan menyebut sebagai ancaman.

Korea Selatan pertama kali mempelajari UAV yang digunakan oleh Korea Utara pada tahun 2010, ketika mendeteksi UAV tak dikenal di perbatasan di Laut Kuning. UAV ini tampaknya mengevaluasi latihan artileri Korea Utara dan memantau reaksi dari unit Korea Selatan di dekatnya. Militer Korea Selatan pada saat itu meyakni drone itu sebagai Tu-143 atau turunannya.

Pada bulan Februari 2012, sumber militer mengatakan kepada Yonhap News bahwa Korea Utara telah mengembangkan pesawat tanpa awak serangan yang didasarkan pada MQM-107 buatan Amerika yang dibeli dari negara Timur Tengah, diyakini Suriah atau Mesir. Drone itu kemudian ditampilkan dalam parade militer Korea Utara pada bulan Maret 2012. Pada 2013, televisi Korea Utara Stills menunjukkan drone yang digunakan dalam latihan militer.

Stills menunjukkan tiga UAV lepas landas, dengan beberapa meledak di udara untuk menghancurkan target udara, sementara yang lain menyerang target di lereng gunung.

Next: Perang modern

Perang modern

Korea Selatan membunyikan lonceng alarm pada bulan April 2014, ketika tiga mini-UAV ditemukan di Korea Selatan dan ternyata dikirim dari Korea Utara. UAV yang diprogram dengan koordinat GPS digunakan untuk mengambil foto dari instalasi strategis di Korea Selatan, termasuk administrasi kepresidenan di Seoul, dan kemungkinan jatuh setelah kehabisan bahan bakar.

Pemeriksaan drone menunjukkan mereka merupakan modifikasi dari UAV Sky-09 dan drone UV10 buatan China. Sebelumnya intelijen Korea Selatan tidak mengentahui Korea Utara mengoperasikan drone ini.

Tetapi kemudian Korea Selatan menemukan bahwa pesawat tak berawak itu sebelumnya terlihat dalam foto-foto saat Kim Jong Un mengunjungi pangkalan angkatan udara di Maret 2013. Temuan yang dipimpin pejabat Korea Selatan menunjukkan bahwa beberapa penerbangan pesawat tak berawak sukses sudah dibuat tanpa diketahui Korea Selatan.

Setelah temuan in Korea Selatan kemudian mengerahkan sistem radar untuk mendeteksi drone terbang rendah yang diyakini beroperasi pada akhir 2015. Pasukan Korea Selatan juga gagal mencegat dua drone Korea Utara yang terdeteksi terbang di atas DMZ antara Agustus 22 dan 24 Agustus 2015.

Pasukan Korea Selatan lebih efektif dalam menghalangi pesawat tak berawak dalam insiden terbaru pada 13 Januari ketika pasukan darat mengeluarkan tembakan peringatan dengan senjata kecil tetapi suaranya terdengar di sisi lain dari DMZ hingga akhirnya menganrahkan drone untuk mundur kembali ke Utara wilayah Korea.

Pada akhirnya, Korea Utara telah membuktikan menjadi negara yang memiliki kekuatan drone yang layak untuk digunakan dalam perang modern. Dan ini menjadi hal yang harus diwaspadai oleh Korea Utara, bahkan  mungkin China dan  Jepang atau bahkan Amerika Serikat.

Sumber: Sputnik

Baca juga:

Highlights Drone 2015

Exit mobile version