Masih ingat insiden KP Hiu 11 yang ditabrak oleh kapal penjaga pantai China saat hendak melakukan upaya penangkapan KM Kway Fey 10078 pada 19 Maret 2016 lalu? Kasus yang saat ini tidak jelas penyelesaiannya. Indonesia memang protes dengan kejadian itu, tetapi sepertinya China tidak peduli. Atau entah apa yang terjadi di balik layar di mana banyak orang tidak tahu.
Insiden itu jelas-jelas terjadi di perairan Indonesia. Artinya kapal China masuk ke wilayah Indonesia, bahkan itu bukan sebuah kapal sipil. Sungguh penghinaan besar tetapi Indonesia hanya bisa marah-marah saja.
Pertanyaan yang muncul adalah kenapa kapal coastguard China bisa begitu cepat datang untuk menolong KM Kway Fey? Sesuatu yang jarang dibahas. Tidak mungkin hal itu terjadi tanpa ada komunikasi antara kapal yang hendak ditangkap dengan kapal coastguard China.
Sebuah artikel di Strategypage yang ditayangkan Senin 11 April 2016 menarik untuk disimak. Disebutkan dalam artikel itu bahwa ada fakta jelas kapal komersial China, terutama kargo dan kapal nelayan, dianggap bagian dari pasukan cadangan maritim militer dan harus mengikuti perintah dari angkatan laut atau pantai kapal penjaga setiap kali dipanggil.
Kapal-kapal komersial diharapkan untuk mengumpulkan intelijen dan bahkan resiko kerusakan dan cedera dengan menggunakan kapal-kapal mereka untuk memblokir pergerakan kapal asing (termasuk kapal perang).
Sebagai imbalannya kapal angkatan laut dan penjaga pantai China akan datang memberi bantuan jika kapal-kapal komersial China mendapat masalah dengan angkatan laut atau penjaga pantai asing.
Insiden yang terjadi pada 19 Maret adalah contoh nyata dari hal ini. Dan kejadian seperti itu telah terjadi beberapa kali di perairan Indonesia, bahkan di daerah di mana China tidak sengketa kepemilikan. China membenarkan intervensi bersenjata mereka karena kapal pukat China berada di “lahan perikanan tradisional China.”
NEXT: MATI KUTU DI ARGENTINA
MATI KUTU DI ARGENTINA
Tetapi China akan mati kutu jika menghadapi kekuatan yang tidak lemah. Sebagai contoh peristiwa yang terjadi pada 15 Maret 2016 atau hanya beberapa hari sebelum kejadian di Natuna. Sebuah kapal penjaga pantai Argentina menenggelamkan kapal pukat China yang secara ilegal menangkap ikan di perairan negara tersebut.
Penjaga pantai menangkap lima awak, termasuk sang kapten. China protes tetapi tidak bisa berbuat lain. Bahkan, dalam beberapa minggu China secara tegas meneguhkan kembali hubungan tumbuh ekonomi dan diplomatik dengan Argentina. Sementara pemilik kapal penangkap ikan yang hilang diam-diam ditebus.
Illegal fishing adalah masalah seluruh dunia dan China kerap dituduh sebagia pelanggar paling besar. Malaysia misalnya, beberapa waktu lalu juga menuduh 200-an kapal nelaya China masuk ke perairan mereka.Terkadang menjadi masalah untuk mengatasi mereka karena kapal perang China akan mencoba untuk menyelamatkan kapal pukat China yang disita.
Tetapi kenapa di Argentina, China tidak berkutik? Dalam kasus Argentina, China tidak melakukan apa pun karena sebagian besar negara-negara Amerika Selatan memiliki masalah penangkapan ikan ilegal dan akan bersatu menentang penindasan China. Masalah ekonomi juga bisa menjadi bumerang bagi Beijing karena banyak perusahaan China yang saat ini berinvestasi di Amerika Selatan dan tidak ingin investasi mereka terancam karena kemarahan warga lokal terhadap orang China.
Kapal pukat yang terlibat dalam insiden ini secara resmi disebut ” kapal pukat freezer.” Kapal ini memiliki panjang hingga 100 meter dan memiliki fasilitas untuk menyimpan ratusan ton ikan beku. Kapal ini biasanya tinggal di laut hingga satu bulan dan memiliki awak 14-30.
Jumlah kapal pukat China telah berkembang pesat sejak 1985 yang kala itu jumlahnya hanya 13 sekarang lebih dari 2.400 dan mereka beroperasi di seluruh dunia. China membantu dengan ekspansi ini dengan mensubsidi perahu nelayan.
Jadi kenapa China berani dengan Indonesia dan tidak berkutik di hadapan Argentina? Silahkan renungkan sendiri jawabannya.