CARA LAMA TAK BISA DIPAKAI
Tetapi di Asia, Amerika Serikat tidak bisa bisa meniru apa yang dilakukan Inggris atau sejarahnya sendiri di Mediterania . Peter Harris asisten profesor ilmu politik di Colorado State University dalam artikelnya di National Interest Rabu 30 September 2015 mengatakan dalam hal kekuatan angkatan laut, Amerika tidak memiliki aset strategis di Laut China Selatan seperti ketika mendominasi Mediterania mereka memiliki Gibraltar, Malta atau Siprus. Mereka tidak akan bisa mengendalikan kawasan dari Selat Malaka hingga Selat Taiwan seperti halnya Inggris mengkontrol penuh dari Suez hingga Gibraltar. Di wilayah ini Inggris melakukan dengan berperang dan menang sementara Amerika melakukan dengan mengancam dan mengintimidasi untuk mencegah kekuatan pesaing di Mediterania.
China sudah membangun pangkalan pulau sendiri di Laut ChinaSelatan dan telah mengubah peta kekuatan. Beijing telah bergerak untuk menjadi kekuatan yang kekuatan utama di kawasan itu. Dan China tidak akan menghentikan upayanya ini kecuali Amerika melakukan strategi Inggris seperti halnya dengan perang Krimea, yakni perang berdarah-darah.
Amerika juga tidak memiliki hubungan yang terlalu baik dengan China sehingga tidak mungkin mereka berharap China akan bersikap seperti Inggris yang dengan suka rela menyerahkan kontrol martitimnya kepada Washington. Pertama Inggris menyerahkan Karibia dan kemudian di Mediterania. China diyakini bahkan akan sangat keras menantang segala upaya Amerika untuk membangun dominasi tunggal di Laut China Selatan
Model yang akan diusung Amerika Serikat sepertinya akan mengikuti cara Inggris dalam membangun poros di Mediterania pada tahun 1890 dan awal 1900-an, ketika skuadron Royal Navy ditarik dari Karibia dan Asia Timur untuk melawan pemulihan hubungan Franco-Rusia di perairan Eropa dan tumbunya kekuatan angkatan laut Jerman. Istilah yang digunakan adalah “menyeimbangkan” dan hal itu berhasil memperpanjang hegemoni angkatan laut Inggris di perairan Eropa selama beberapa dekade. Dan ini bisa menjadi prototipe awal strategi pemerintahan Obama yang disebut sebagai “poros” untuk Asia.
Tapi Inggris hanya mampu menyeimbangkan strategis ke Mediterania (dan Laut Utara) bersama-sama dengan pengurangan pengaruh strategis di tempat lain. Sementara mungkin hanya AS dan Jepang yang terlalu longgar di belahanan Asia Barat dan TImur. Angkatan Laut Amerika Serikat lebih fokus pada pengawasan di Karibia, Amerika Selatan dan jalur penting Terusan Panama. Sementara Jepang mengambil perhatian utama untuk mengimbangi angkatan laut Rusia (dan kemudian Jerman) di Asia-Pasifik. Akhirnya pengaruh China di kawasan ini nyaris tidak ada yang mendampingi.
Sejauh ini, bagaimanapun, pivot Asia belum menghasilkan sesatu yang jelas tentang tujuan AS mengenai Laut ChinaSelatan. Dan sepertinya Amerika belum memiliki strategi paling pas untuk mengambil dominasi di wilayah ini.