More

    PESAWAT PERTAMA TNI AU: Pangeran Diponegoro II Benteng Asia

    on

    |

    views

    and

    comments

    Pesawat Pangeran Diponegoro II merupakan jenis pesawat pembom berat Jepang  Ki-49 Donryu buatan tahun 1942, yang berhasil diperbaiki teknisi Indonesia dan diubah menjadi pesawat angkut. Ki-49 memiliki mesin ganda buatan Kawasaki mampu terbang jelajah 350 km/jam. Ki-49 mampu membawa bom  1.000 kg dengan jarak terbang  1.864 km.   Pesawat ini dalam sejarah Jepang tercatat sebagai pesawat pertama yang dilengkapi dengan senjata penembak di bagian ekor.  Mampu terbang cepat 400 km/jam pada ketinggian 4000 m dan terbang tinggi mencapai 11.200 m.   Pesawat Ki-49 merupakan pesawat buatan tahun 1942 yang digunakan Jepang selama perang Dunia II dan digelar di Filipina, Malaysia, Burma, dan Hindia Belanda.  Sekutu menyebut pesawat Ki-49 ini  dengan  nama  “Helen”.

    Saat ditinggalkan Jepang Pesawat Ki-49  yang berada  di Pangkalan Udara Bugis, Malang dalam keadaan rusak tanpa mesin dan onderdil banyak yang hilang.   Pada pertengahan Maret 1946,  pesawat mulai  diperbaiki,   tanggal 17 April 1946 saat dilakukan test flight pertama oleh penerbang Atmo, masih terdapat kekurangan pada sistem pompa hidroliknya, sehingga saat  akan landing harus dibantu dengan pompa tangan agar dapat berfungsi secara maksimal.  Setelah proses perbaikan pesawat selesai, sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, Komandan Pangkalan Udara Bugis, Malang yang saat itu dijabat oleh komodor Udara Abdulrachman Saleh mengadakan syukuran dan pemberian nama baru bagi pesawat, yaitu Pangeran Diponegoro II (PD II) atau Benteng Asia.   Acara syukuran dihadiri Komandan Divisi VII Jenderal Mayor Imam Sudjai,  Ketua BPRI Bung Tomo, Residen Malang Syam, dan para wartawan.

    Agustinus Adisutjipto saat berada di Malang dalam rangka  perundingan serah terima  Pangkalan Udara Bugis Malang bersama semua fasilitasnya dari Panglima Divisi VII Malang kepada Markas Tertinggi TRI AO di Yogyakarta, Berhasil menerbangkan pesawat PD II dengan baik walaupun sebelumnya belum pernah menerbangkan pesawat jenis PD II.   Sementara itu perundingan antara Adisutjipto dengan Panglima Divisi VII tidak menghasilkan kesepakatan.  Hingga akhirnya Adisutjipto  berunding dengan Komandan Pangkalan Bugis untuk menerbangkan pesawat Pangeran Diponegoro II secara diam-diam.

    Pada tanggal 5 Agustus 1946 tanpa sepengetahuan Panglima Divisi VII Malang pesawat Pangeran Diponegoro II yang dipiloti Agustinus Adisutjipto, melakukan penerbangan menuju Yogyakarta dengan rute pangkalan udara Bugis, Malang, Semarang dan Solo.   Untuk menjaga kerahasiaan penerbangan, semua montir yang ikut terbang, antara lain Moch. Oesar, Mustakim, Matkarim, dan Matsari tidak diberitahu tujuan penerbangan, sehingga mereka hanya mengenakan kaos dan celana pendek saja.   Saat berada di atas kota Semarang pesawat ditembaki musuh dari bawah, tetapi tidak kena.    ketika sampai di kota Solo mesin pesawat sebelah kiri mulai mengalami kerusakan, tetapi masih bisa diusahakan terbang.

    Pada pukul 11.00 WIB pesawat Pangeran Diponegoro II berhasil mendarat dengan selamat di Pangkalan Udara Maguwo, Yogyakarta.   Setelah pesawat berhenti, Agustinus Adisutjipto dan para montir yang ada dalam pesawat keluar yang segera mereka disambut oleh teman-temannya yang berada di Yogyakarta.  Semuanya menunjukan rasa gembira, haru, dan bangga, termasuk pimpinan Markas Tertinggi (MT) TRI Angkatan Oedara Pusat Yogyakarta Komodor Soerjadi Soerjadarma.

    Peristiwa tersebut menimbulkan reaksi dari pihak Divis VII, mereka mengirimkan radiogram ke Yogyakarta guna memanggil Kepala Bagian Teknik Pangkalan Udara Bugis, H.A.S. Hanandjudin (yang tidak turut dalam penerbangan Pangeran Diponegoro II ke Yogyakarta),  untuk dimintai pertanggungjawaban.  Agustinus Adisutjipto segera menemui H.A.S. Hanandjudin untuk memberitahukan tentang pangggilan tersebut.  Dengan jiwa besar H.A.S. Hanandjudin memenuhi panggilan tersebut, diantar ke Malang menggunakan pesawat Curen yang dikemudikan oleh kadet Tugijo. Setelah sampai H.A.S. Hanandjudin di Malang langsung ditangkap  dan diserahkan ke Markas Polisi Tentara.  Setelah diperiksa dan ditahan selama tujuh hari, kemudian dibebaskan dan kembali bekerja seperti biasa.

    Pada saat melaksanakan test flight di atas pangkalan Udara Maguwo  Pesawat Pangeran Diponegoro II mengalami kecelakaan sehingga tidak dapat diterbangkan kembali.  Akan tetapi untuk mengelabui tentara Belanda yang melakukan Agresi militer pertama, rongsokan pesawat Pangeran Diponegoro II dipajang dilandasan, hingga   menjadi sasaran tembak pesawat tempur Belanda dan semuanya hancur.

    Sumber: TNI AU

    Share this
    Tags

    Must-read

    Sebagian Misi Kami Melawan Channel Maling Berhasil

    Sekitar 3 tahun Channel JejakTapak di Youtube ada. Misi pertama dari dibuatnya channel tersebut karena banyak naskah dari Jejaktapak.com dicuri oleh para channel militer...

    Rudal Israel dan Houhti Kejar-kejaran di Langit Tel Aviv

    https://www.youtube.com/watch?v=jkIJeT_aR5AKelompok Houthi Yaman secara mengejutkan melakukan serangan rudal balistik ke Israel. Serangan membuat ribuan warga Tel Aviv panic dan berlarian mencari tempat perlindungan. Serangan dilakukan...

    3 Gudang Senjata Besar Rusia Benar-Benar Berantakan

    Serangan drone Ukraina mengakibatkan tiga gudang penyimpanan amunisi Rusia benar-benar rusak parah. Jelas ini sebuah kerugian besar bagi Moskow. Serangan drone Ukraina menyasar dua gudang...

    Recent articles

    More like this