Gedung Putih Bungkam Petinggi Militer untuk Tidak Cerewet Soal Laut China Selatan

Gedung Putih Bungkam Petinggi Militer untuk Tidak Cerewet Soal Laut China Selatan

Komandan Komando di Pasifik AS Adm. Harry Harris telah berdebat di balik pintu tertutup agar melakukan pendekatan yang lebih konfrontatif untuk melawan dan membalikkan keunggulan strategis China di Laut China Selatan. Tetapi Gedung Putih lebih memilih sikap berbeda.

Sebuah sumber sebagaimana dikutip Navy Times Rabu 6 April 2016 mengatakan Adm. Harry Harris mengusulkan agar Amerika memberi respons lebih kuat kepada China dengan meluncurkan pesawat dan melakukan operasi militer dalam jarak 12 mil dari pulau yang diklaim dan dibangun China sebagai bagian dari upaya untuk menghentikan apa yang ia sebut “Great Wall of Sand” sebelum meluas dalam 140 mil dari ibukota Filipina, sumber mengatakan.

Harris dan Komando Pasifik telah melancarkan kampanye terus-menerus di depan umum selama beberapa bulan terakhir untuk meningkatkan profil guna melawan China dan telah secara langsung menuduh China melakukan militersasi Laut China Selatan.

Tapi pemerintahan Obama, dengan hanya sembilan bulan tersisa di kantor, mencari cara untuk bekerja dengan China pada sejumlah isu lainnya dari non-proliferasi nuklir sampai agenda perdagangan dan memilih untuk tidak adu batu di Laut China Selatan. Bahkan dikabarkan Gedung Putih berusaha memberangus Harris dan para pemimpin militer lainnya ketika terjadi pertemuan puncak keamanan.

“Mereka ingin keluar dari kantor dengan meminimalisasi kerepotan dan kerjasama maksimum dengan China,” kata Jerry Hendrix, seorang Kapten pensiunan Angkatan Laut yang sekarang menjadi analis di Center for a New American Security.

Gedung Putih berusaha untuk meredakan Harris dan para pemimpin militer lainnya. , Menurut dua pejabat pertahanan yang meminta anonimitas mengatakan Penasihat Keamanan Nasional Susan Rice memerintahkan untuk membungkam para pemimpin militer untuk tidak berkomentar tentang Laut China Selatan ketika puncak pertemuan tingkat tinggi nuklir pekan lalu di Washington. Presiden China, Xi Jinping, menghadiri KTTdan bertemu secara pribadi dengan Presiden Obama.

Perintah itu bagian dari hasil pertemuan Dewan Keamanan Nasional atau National Security Council (NSC) pada 18 Maret dan termasuk permintaan dari Rice untuk menghindari komentar publik tentang tindakan China di Laut China Selatan.

“Kadang-kadang OK untuk berbicara tentang fakta-fakta dan menunjukkan apa yang dilakukan China, dan di lain waktu hal itu tidak bisa dilakukan,” kata pejabat itu. “Sementara itu, China telah benar-benar konsisten dalam pesan mereka.” Dan faktanya ketika ada pertemuan itu memang nyaris tidak ada komentar keras dari militer AS tentang China.

Pemimpin militer menafsirkan perintah untuk tinggal diam di tengah gerak cepat China untuk mengontrol sebagian besar Laut China Selatan, mendorong kekhawatiran bahwa respon AS dianggap remeh dan meningkatkan keberanian China. Hal ini juga meningkatkan kekhawatiran para sekutunya seperti Jepang dan Filipina yang merasa terintimidasi.

“NSC sering mengambil kendali atas ke bawah untuk mengirim pesan yang koheren,” kata Bryan Clark mantan pembantu senior Adm. Jon Greenert, yang baru saja pensiun dari Kepala Operasi Angkatan Laut. Ketika menjabat sebagai ajudan Greenert ini, Clark mengatakan NSC seara teratur memeriksa pernyataan terkait China dan Laut China Selatan.

Kritik mengatakan pemerintahan yang bersifat menunggu menjadikan pendekatan terhadap masalah ini gagal dan terbukti China terus saja bergerak.

Baca juga:

Peraih Pulitser: Gedung Putih Berbohong Tentang Pembunuhan Osama bin Laden