Site icon

Di Libya, Anda Bisa Beli Senjata Anti-Pesawat Lewat Facebook

Pasar online senjata terlarang di Timur Tengah dan Afrika Utara sudah gila-gilaan. Menurut sebuah studi yang dirilis Kamis 7 April 2016 menyebutkan penjualan senjata berat, peluncur roket dan granat, hingga senjata anti-pesawat bahkan dilakukan melalui Facebook di Libya.

Selama 40 tahun pemerintahannya, Kolonel Muammar Gaddafi menimbun senjata senilai sekitar US$ 30 miliar. Pada saat itu, perdagangan senjata itu diatur secara ketat dan negara memiliki akses terbatas ke internet. Libya masih satu-satunya negara di mana kecepatan koneksi rata-rata kurang dari 1,0 Mbp.) Sejak penggulingan dan kematian Gaddafi pada tahun 2011, senjata-senjata telah membanjiri pasar lokal, dan semakin menemukan jalan mereka secara online.

Small Arms Survey, sebuah proyek penelitian independen yang memantau penjualan senjata, memantau perdagangan ini melalui media sosial mulai tahun 2013 dan terus berkembang. Dalam laporan yang dikutip Quartz Africa itu disebutkan penjual dengan santainya memosting foto-foto barang dagangan mereka dalam grup-grup seperti “Libyan Firearms Market” (sekarang telah dibanned).

Senapan mesin berat ditawarkan dengan harga rata-rata 8.125 dinar Libya (sekitar US$ 5900 atau sekitar Rp77 juta), peluncur roket untuk 9.000 dinar Libya, dan sistem anti-pesawat ZPU-2 buatan Rusia ditawarkan 85.000 dinar Libya, atau US$62.000 atau sekitar Rp812 juta.

Sebagian besar senjata yang dijual senjata yang, termasuk senapan Kalashinov (sekitar 8.000 dinar Libya) dan pistol. Penjual sering tidak menyebut harga dalam iklan mereka, dan lebih suka bernegosiasi melalui telepon atau pesan pribadi, namun para peneliti mampu mendokumentasikan harga rata-rata.

Kelompok riset mencatat telah terjadi 1.346 penjualan selama 18 bulan terakhir dan menemukan antara 250 dan 300 pos penjualan meningkat setiap bulan. Para peneliti percaya angka ini hanya sebagian kecil dari total perdagangan senjata yang terjadi di media sosial di wilayah tersebut.

Sebagian besar penjualan muncul dengan lokasi di kota-kota besar seperti Tripoli dan Benghazi. Penjual dan pembeli yang sebagian besar milisi atau individu membeli barang untuk pertahanan diri. Ada sekitar 400 grup Facebook dengan anggota sampai 14.000 anggota sebelum mereka ditutup oleh raksasa media sosial tersebut.

Facebook telah membanned enam grup yang diidentifikasi sebagai pasar senjata, menurut New York Times. Sejak Januari, platform media sosial telah melarang individu atau perusahaan dari memfasilitasi penjualan senjata pribadi di jaringan.

Baca juga:

5 Tahun Lalu Arab Spring Terjang Libya, Api Terus Menyala Musim Semi Tak Pernah Tiba

Exit mobile version