Di tengah tekanan ekonomi akibat turunnya harga minyak, Arab Saudi terus jor-joran belanja senjata. Kerajaan ini telah memesan senjat adan jasa pertahanan dari Amerika dengan nilai US$100 juta atau sekitar Rp1,31 triliun.
Departemen Pertahanan AS mengumumkan kontrak senilai US$71.475.750 untuk sebuah perusahaan di Maryland guna memodifikasi dua pesawat pengintai Air 350 untuk Kerajaan Arab Saudi. Kontrak tersebut termasuk instalasi kemampuan intelligence, surveillance, reconnaissance/synthetic aperture radar (ISR/SAR).
Arab Saudi saat ini memimpin pemboman koalisi negara-negara Arab di Yaman. Kampanye udara dimaksudkan untuk melemahkan kelompok pemberontak yang telah mengambil alih Yaman. PBB menghitung lebih dari 3.000 warga sipil tewas dalam perang yang dimulai sejak 26 Maret 2015 karena menjadi korban serangan udara Saudi.
Sebuah kontrak pertahanan kedua, diumumkan dalam siaran pers Pentagon yang diberikan kepada sebuah perusahaan di ibukota Saudi, Riyadh.
Al-Salam Aircraft Co akan menerima hingga US$32,5 juta untuk layanan yang dibutuhkan untuk teardown dan penilaian dari tiga pesawat F-15 dan konversi serta perbaikan satu pesawat F-15S untuk konfigurasi F-15SA. F-15 Royal Saudi Air Force telah terbang dengan frekuensi yang besar selama tahun. Sebagian besar dalam perang Yaman, tetapi juga di Suriah melawan pasukan ISIS.
Baca juga;
Mampukah Arab Saudi Berperang di Dua Medan Secara Bersamaan?