Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS membantah klaim China bahwa landasan yang dibangun di pulau buatan di Laut China Selatan dimaksudkan untuk penerbangan dalam misi bantuan kemanusiaan dan bencana.
Colin Willet, Deputi Asisten Sekretaris Biro Urusan Asia Timur dan Pasifik, mengatakan apa yang China telah lakukan di wilayah ini adalah melampaui apa yang mereka klaim.
“Landasan paacu yang mereka bangun untuk mengakomodasi pembom strategis, tidak pesawat kargo bantuan kemanusiaan dan bantuan bencana,” kata Willet kepada wartawan dalam teleconference dari kedutaan besar AS di Manila dan dilansir Philstar.com, Rabu 30 Maret 2016.
Meskipun benar bahwa negara-negara penggugat lainnya telah mengerahkan personil militer dan senjata di pos-pos mereka, Willet mengatakan kekuatan yang dikirim negara lain sangt kecil dibandingkan dengan apa yang dilakukan China dalam dua tahun terakhir.
China dilaporkan telah memasang sistem rudal pertahanan udara di sejumlah pulau seperti Kagitingan (Fire Cross), Zamora (Subi) dan Panganiban (Mischief). Tiga tempat itu sekarang telah memiliki landasan terbang.
Beijing juga memasang sistem rudal pertahanan di Woody Island yang merupakan bagian dari kelompok pulau Paracel yang terletak di utara Spratly.
“Apa yang dilakukan China jauh melampaui apa yang dilakukan oleh negara pengklaim lain selama beberapa dekade terakhir, “kata Willet.
“Ketika negara menempatkan senjata di pos-pos mereka dan mengubah mereka menjadi apa yang hanya dapat digambarkan sebagai pangkalan militer, ia menetapkan panggung untuk orang lain untuk mengikuti dan meningkatkan risiko konflik serta prospek solusi diplomatik,” tambahnya.
China selama ini menyatakan kegiatan reklamasi lahan di kawasan itu tidak ditujukan untuk militer tetapi untuk tujuan sipil. “Kami tidak perlu fasilitas semacam ini untuk melindungi warga sipil atau membantu nelayan yang mengalami masalah atau untuk memantau cuaca,” kata Willet.