Pesawat mata-mata U-2, salah satu simbol Perang Dingin, harus kembali ke Eropa untuk untuk kembali mengawasi kebangkitan dan agresivitas Rusia.
Jenderal Philip Breedlove, kepala pasukan AS di Eropa dan komandan NATO, sebagaimana dikutip The Independent Minggu 27 Maret 2016 mengatakan tambahan platform pengumpulan intelijen diperlukan untuk secara efektif melawan ancaman dari Moskow yang terus meningkat.
Dengan sensor yang bisa melihat ranjau darat dari ketinggian 13 mil dan menyadap sejumlah besar data komunikasi, U-2 akan menjadi alat ampuh dalam memantau setiap build-up atau gerakan tiba-tiba pasukan Rusia di perbatasan negara-negara Baltik atau Ukraina.
Tapi mengirimkan kembali U-2 yang pertama terbang enam dekade lalu ke langit Eropa juga bisa memunculkan risiko memprovokasi kemarahan Rusia dengan membangkitkan kenangan dari peran U-2 saat tensi tinggi Perang Dingin.
Pada tahun 1960, U-2 yang sedang melakukan misi mata-mata di atas Rusia telah ditembak jatuh oleh rudal permukaan ke udara dan pilot CIA, Gary Powers, ditahan selama dua tahun dan Moskow berhasil mempermalukan Washington yang mengklaim pesawat itu sebagai pesawat pemantau cuaca.
Tetapi faktanya Powers dikirim untuk memata-matai instalasi militer dan penangkapannya merusak puncak pertemuan damai serta menyebabkan penarikan undangan untuk Presiden Dwight Eisenhower untuk mengunjungi Moskow.
Dalam laporannya mengengai strategi strategi AS di Eropa, Jenderal Breedlove mengatakan aset seperti U-2, bersama dengan pesawat pengintai lama lain yang dikenal sebagai RC-135 “Rivet Joint”, diperlukan untuk meningkatkan pengumpulan data intelijen komando Eropa Amerika, yang dikenal sebagai EUCOM.
Jenderal yang juga mantan pilot pesawat tempur Angkatan Udara AS ini mengatakan: “EUCOM menemukan dirinya dalam paradigma bergeser di mana ancaman strategis yang ditampilkan oleh [Vladimir] Putin Rusia menjadikan kami membutuhkan jaminan yang kredibel. EUCOM membutuhkan platform pengumpulan intelijen tambahan, seperti U-2 atau RC-135, untuk membantu mengumpulkan data yang terus meningkat.”
Namun ahli militer mengatakan sangat tidak mungkin bahwa setiap U-2 yang dikerahkan akan berusaha untuk terbang di atas Rusia. Yang bisa dilakukan pesawat tetap terbang di atas negara sekutu NATO dan menggunakan kamera dan sensor mereka yang kuat untuk memantau wilayah Rusia dari ketinggian 70,000ft.
Pentagon tidak menanggapi permintaan The Independent untuk mengomentari apakah akan mempertimbangkan permintaan Jenderal Breedlove, tapi Washington bulan lalu mengumumkan telah meminta anggaran empat kali lipat untuk European Reassurance Initiative (ERI) guna membangun kembali kehadiran militer Amerika di Eropa.
Dikenal sebagai “Dragon Lady”, U-2 secara luas dianggap sebagai salah satu pesawat mata-mata paling sukses yang pernah dibangun dan telah dikerahkan untuk memantau sejumlah wilayah musuh dari Afghanistan hingga Kuba.
Lockheed Martin yang membangun pesawat ini mengatakan jet glider ini bisa terbang sampai 2045. Tetapi saat ini dijadwalkan untuk pensiun di tahun 2019 untuk kemudian diganti dengan pesawat mata-mata tak berawak Global Hawk.
Analis mengatakan fakta bahwa pasukan Rusia sekarang lebih dekat ke perbatasan NATO seperti di Baltik berarti memang ada kebutuhan mendesak untuk peringatan dini dari setiap penyebaran kekuatan Moskow di wilayah tersebut serta untuk untuk memantau kelompok ISIS.
Lisa Sampdoria, spesialis keamanan internasional di Pusat Studi Strategis dan Internasional yang berbasis di Washington mengatakan kepada The Independent: “Saya tahu EUCOM berusaha untuk meningkatkan kemampuan pengumpulan [intelijen] sebagai pengakuan dari ancaman Rusia / ISIS yang terus meningkat dan pentingnya peringatan yang memadai untuk memberikan [NATO] sebanyak mungkin informasi. Upaya tersebut sangat penting dan harus didukung. ”
Salah satu sumber yang memiliki pengetahuan tentang program militer AS di Eropa menambahkan: “Tidak ada informasi dalam domain publik tentang penyebaran U-2 untuk Rusia. Tapi itu bukan berarti hal itu tidak terjadi.
NEXT: INSIDEN MEMALUKAN U-2
INSIDEN MEMALUKAN U-2
Gary Powers lepas landas dengan pesawat U-2 dari sebuah pangkalan Amerika di Pakistan pada misi rahasia untuk melintasi Uni Soviet pada Mei 1960. Dia melakukan misinya dengan keyakinan bahwa Uni Soviet tidak memiliki apa-apa yang bisa menyentuh pesawat mata-matanya yang terbang pada ketinggian 70,000f kaki.
Tidak butuh waktu lama baginya untuk membuktikan keyakinannya itu salah. Tak lama setelah ia masuk ruang udara Soviet, komandan militer melepaskan lima rudal permukaan ke udara. Rudal pertama memukul jet CIA tersebut dan memutuskan salah satu sayapnya dan memaksa pilot untuk memulai tahap untuk melakukan proses ejeksi.
Insiden ini memicu krisis langsung dalam hubungan Soviet-Amerika. Yang memalukan adalah pada awalnya Washington mengatakan Powers hanya mengumpulkan data cuaca untuk NASA dan wilayah Soviet sengaja dimasuki. Tanpa diketahui Washington, Uni Soviet telah memulihkan U-2 yang jatuh dengan foto-foto instalasi militer yang diamati.
Pilot dijatuhi hukuman 10 tahun penjara oleh Moskow tetapi kemudian dilepas dua tahun kemudian dalam pertukaran tahanan.
Setelah sampai rumah, Powers menghadapi disambut dengan sikap bermusuhan dari beberapa pihak yang menyatakan dia memang sengaja membelot ke Rusia. Sebuah komite Senat kemudian membebaskan dia dan memberikan kepadanya US$ 50.000 untuk membayar waktunya di penjara Soviet.