Rusia telah menarik sejumlah kekuatan mereka dari Suriah. Presiden Vladimir Putin mengatakan penarikan dilakukan setelah misi yang diemban mereka secara umum telah tercapai. “Tujuan yang telah ditetapkan untuk Kementerian Pertahanan umumnya dicapai,” katanya.
Sadar atau tidak kata-kata itu sesungguhnya sebuah pengakuan tegas tentang tujuan sebenarnya Moskow menempatkan pasukannya di Rusiah. Putin secara tidak langsung mengungkapkan bahwa pasukan Rusia tidak datang ke Suriah untuk melawan ISIS seperti yang banyak disebut sebelumnya. Karena fakta di lapangan ISIS masih kuat dan tetap menjadi ancaman di berbagai dunia.
Sekarang jelas Putin tidak pernah akan bergabung dengan negara-negara lain untuk melawan ISIS. Tujuan Kremlin adalah untuk mempertahankan Bashar al Assad dari tampuk kepemimpinan. Dan jika itu tujuannya, memang sudah tercapai. Posisi Bashar telah kembali menguat terlebih dengan adanya kesepakatan gencatan senjata. Sehingga pasukan yang ditinggalkan di Suriah disebut juga untuk mengawasi gencatan senjata, tidak untuk melawan ISIS yang masih terus bergerak.
Evelyn N. Farkas senior fellow pada the Atlantic Council dan mantan deputy assistant secretary of defense untuk Russia/Ukraine/Eurasia dalam tulisannya di Defense One, Rabu 15 Maret 2016 menyebutkan Kremlin selalu menetapkan cara untuk mencapai tujuannya pada biaya terendah. Selama bertahun-tahun Rusia mencoba untuk mendapatkan jalan terutama melalui diplomasi tetapi itu tidak berhasil. Akhirnya pada September lalu, Rusia memutuskan untuk mencoba strategi yang sama yang digunakan di Ukraina di mana gerakan militer taktis Rusia menjadi trik menguntungkan mereka untuk mengubah dinamika negosiasi yang bermuara pada Perjanjian Minsk.
Sama seperti di Ukraina, Kremlin berusaha untuk mengubah arus diplomasi dengan mengerahkan militer dan lagi-lagi itu berhasil.
Intervensi militer Rusia telah meningkatkan tekanan pada oposisi Suriah dan pendukungnya, Turki, Arab Saudi, Yordania, Prancis, Inggris dan negara-negara Eropa dan Timur Tengah lainnya dalam koalisi 64-anggota yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Rusia telah menyelamatkan pemerintah Assad agar tidak semakin lemah.
Tetapi penarikan pasukan juga telah menjadi sinyal bahwa Rusia tidak memberi dukungan kepada Bashar tanpa batas. Intervensi militer Rusia telah memaksa Barat untuk melakukan kompromi tentang posisi Assad dan di satu sisi Assad harus siap untuk berkompromi dengan oposisi dan koalisi pada penyelesaian politik. Rusia telah dilemparkan masalah ini ke negosiasi yang dipimpin U.N. di Jenewa.
Next: Risiko Tinggi Jika Diteruskan