Lockheed Martin Corp akan menggunakan dana sendiri untuk membayar para pemasok guna mencegah penutupan lini produksi F-16 karena harus menunggu penyelesaian pemesanan dari Pakistan dan negara-negara lain.
Orlando Carvalho, yang mengepalai divisi Aeronautics Lockheed sebagaimana dikutip Reuters Selasa 14 Maret 2016 mengatakan biaya menjaga rantai pasokan F-16 untuk pesanan lebih lanjut tidak rumit. “Kami akan memiliki celah di lini produksi karena fakta bahwa belum ada perintah lain,” kata Carvalho.
Lockheed akan memberikan dana ke pemasok untuk memastikan mereka tetap akan mampu membangun pesawat untuk Pakistan dan negara-negara lain setelah menyelesaikan pemesanan 36 F-16 Irak pada tahun 2017.
Kongres dan Departemen Luar Negeri AS dalam pembicaraan tentang pendanaan untuk penjualan delapan F-16 ke Pakistan senilai US$700 juta telah disetujui oleh Kongres pekan lalu.
AS Senat pekan lalu memblokir upaya untuk menggagalkan penjualan, namun Ketua Komite Hubungan Luar Negeri Senat Bob Corker telah bersumpah untuk memblokir penggunaan dana AS guna membiayai kesepakatan itu.
Corker dan anggota parlemen lainnya telah menyatakan keprihatinan tentang program nuklir Pakistan, komitmen untuk memerangi terorisme dan kerjasama dalam proses perdamaian Afghanistan.
Anggota parlemen dan pejabat Departemen Luar Negeri yang mendukung penjualan, mengatakan negara Asia Selatan itu perlu memodernisasi angkatan udara serta kemampuan kontraterorisme.
Amerika Serikat menyebut Pakistan sebagai mitra kunci dalam perang melawan teror setelah serangan 11 September 2001, dan menghabiskan miliaran dolar dalam bentuk bantuan militer untuk membantu negara tersebut melawan pemberontak.
Carvalho juga mengatakan Bahrain, Kolombia dan Indonesia juga telah menyatakan minat untuk memesan jet tempur F-16, dan negara-negara lain bisa mengikuti di belakangnya.
Dia mengatakan Lockheed bekerja dengan pemerintah AS, yang sedang dalam pembicaraan dengan India tentang kemungkinan membangun F-16 di India.