Masalah terbesar dengan F-35 adalah bahwa desainer AS bertaruh pada kekuatan siluman dan jangkauan radar jarak jauh untuk mengkompensasi kurangnya kecepatan dan manuver. Tetapi itupun juga tidak akan berhasil sepenuhnya. Amerika lupa, teknologi radar juga akan berkembang. Radar Rusia sudah sangat baik menjadi lebih baik.
“Kemajuan radar kunci sudah dikerahkan dalam sistem rudal permukaan darat ke udara Rusia yang paling canggih, dan ada IRST ((infra-red scan and track) lanjutan yang digunakan pada jet tempur Rusia dan Eropa telah memperluas deteksi musuh termasuk untuk mencium keberadaan siluman dari jarak jauh. Pick-up kemampuan tempur radar hingga (46km) tahun 2020 dan mampu membaca pesawat paling siluman sekalipun yakni F-22. Ditambah dengan kemampuan IRST Advanced Medium-Range Air-to-Air Missile firings dan less infrared untuk menghantam pesawat siluman dari jarak 92km bahkan lebih,” kata Pierre Sprey dalam sebuah wawancara dengan televisi Belanda beberapa waktu silam. Jangan remehkan pernyataan Sprey karena dia sangat kompeten dalam hal pesawat tempur. Sesunggunya tidak sembarang orang yang memiliki kemampuan menilai sebuah pesawat. Dari sedikit orang yanga da Sprey adalah salah satunya. Dia adalah co-desainer dari F-16 Fighting Falcon jet dan A-10 Warthog, dua pesawat paling sukses di Angkatan Udara AS.

Pada saat yang sama, tidak mungkin hanya ada satu radar dalam perang. “Ada banyak radar,” jelas Sprey. “Dan Anda tidak bisa sembunyi dari semua radar dalam setiap pertempuran. Akan selalu ada radar yang bisa menangkap pesawat karena penempatan posisi yang divareasi. Mereka (radar) semua dapat melihat Anda ”
Masalah lainnya adalah dengan bentuk keseluruhan pesawat Amerika ini. “Sebagian besar pesawat yang indah karena Anda mencoba untuk mengurangi drag,” kata Sprey. “Tapi di sini karena siluman mereka harus membuatnya sangat bulat, sangat besar karena mereka harus membawa senjata di dalam karena jika membawa senjata di luar mereka bisa ditangkap radar. Akhirnya kinerja pesawat sekarang besar dan lamban seperti bomber. ”
Payload internal yang lebih rendah berarti desainer di Lockheed-Martin telah memberi hukuman mati kepada F-35. Pesawat membawa dua bom besar dan empat yang kecil, dan maksimal empat rudal udara ke udara atau Air to Air Missile (AAM) di luar jangkauan visual atau beyond visual range (BVR).
USAF mengklaim radar canggih F-35 akan melihat pesawat musuh paling pertama (sebelum musuh melihat) dan mampu menghancurkannya dengan salah satu dari empat yang AAM jarak jauh. Tapi sampai saat ini menembak pesawat dalam jangkauan di luar jangkauan visual masih menjadi mimpi para pilot. Belum pernah terjadi. Jika kemudian tergantung pada hal ini maka sama saja bunuh diri.
Selama Perang Vietnam USAF begitu kepincut dengan konsep tempur BVR yang untuk kali pertama ditawarkan oleh F-4. Karena begitu yakin pesawat itu hanya dipersenjatai dengan rudal. Tapi setelah pilot Angkatan Udara Vietnam berhasil menembak jatuh pesawat tersebut, Amerika kembali memasang meriam di F-4.

Bahkan, Rusia, yang dikenal memiliki lebih banyak rudal BRV pun tetap memasang 8 rudal semacam ini di tubuh Flanker. Alasannya sederhana bahwa dibutuhkan beberapa tembakan pada target bergerak cepat untuk mencetak membunuh. Hal yang sepertinya diabaikan oleh Amerika.
Secara teori, pilot Amerika akan bermain ‘video game dan mengambil pesawat musuh pada 1.000 km. Dalam praktiknya, pertempuran udara adalah seperti pertarungan pisau. Menurut Departeman Industri Pertahanan Rusia, F-35 sangat mungkin akan mengakhiri pertempuran dalam jarak yang pendek.Dan dalam situasi seperti ini Super Flanker akan menjadi ancaman tidak main-main bagi F-35. (bersambung)