China Menyempurnakan Apa yang Dimulai Nazi

China Menyempurnakan Apa yang Dimulai Nazi

Pada awal 2016 China mengungkapkan bahwa mereka telah menyempurnakan teknologi untuk hulu ledak rudal balistik bermanuver. Hal ini sebenarnya telah sedikit terungkap sejak 2014 ketika China melakukan enam tes meluncurkan rudal dengan hulu ledak. Lima dari enam tes disebut sukses dan kendaraan hipersonik atau hypersonic glide vehicle (HGV)  ini secara resmi dikenal sebagai DF-ZF (sebelumnya disebut Wu-14).

Kendaraan dengan kecepatan hipersonik dalam artian dia melesat, tidak meluncur dari atas ke bawah. Selain itu juga cukup bermanuver untuk mencapai target bergerak di ruang angkasa atau di permukaan.

DF-ZF awalnya dikembangkan China sebagai upaya untuk menyempurnakan rudal balistik versi DF-21 yang dapat menghantam kapal perang bergerak. DF-21 memiliki bobot 15 ton, rudal dua tingkat dengan bahan bakar padat. Rudal memiliki panjang 10,7 meter (35 kaki) dan diameter 140 cm (4,6 kaki). Kisaran bervariasi (dari 1,700-3,000 kilometer) tergantung model dan berat hulu ledak.

Menggunakan hulu ledak DF-ZF, DF-21 memiliki rentang 50 persen lebih jauh atau sekitar 3.000 kilometer. Jika digunakan pada rudal balistik yang lebih besar seperti DF-31 atau DF-41 rentang maksimalnya menjadi sekitar 12.000 kilometer. Rudal DF-21D (carrier killer) menggunakan DF-ZF juga lebih sulit untuk anti-rudal mencegatnya dan juga dapat digunakan untuk menghantam satelit orbit rendah.

Sampai 2008 ada rumor bahwa China telah melalukan rekayasa teknologi yang dicuri  dari rudal balistik Pershing pada era 1970an.  Rudal seberat 7,5 ton milik Angkatan Darat Amerika ini juga memiliki rentang 1.800 kilometer dan bisa menempatkan hulu ledak nuklirnya dalam 30 meter dari titik tujuannya.

Hal ini dimungkinkan karena hulu ledak itu bermanuver dan memiliki sistem bimbingan radar. Tingkat akurasi ini membuat Rusia sangat tidak nyaman karena itu berarti banyak bunker komando mereka jauh lebih rentan. Rusia akhirnya setuju pada penawaran perlucutan senjata nuklir dan rudal agar Pershings dinonaktifkan pada 1980-an.

Hingga 2013 tidak ada bukti bahwa sistem DF-21D telah diuji dengan menggunakan hulu ledak bermanuver. Kemudian foto satelit menunjukkan objek putih persegi panjang sepanjang 200 meter di Gurun Gobi (di China Barat) dengan dua kawah besar di dalamnya. Ini akan menjadi “target” untuk menguji DF-21d, dan dua dari hulu ledak tampaknya telah mencapai target.

Kapal induk memiliki panjang lebih dari 300 meter, meskipun kapal induk lebih kecil seperti kapal amfibi  memiliki panjang lebih dekat dengan 200 meter. Ternyata China berencana menggunakan DF-21D untuk melawan kapal perang kecil, atau mungkin mereka hanya ingin melihat sejauh mana akurasi rudal. Kemudian pada tahun 2014 muncul versi yang lebih bermanuver dengan hulu ledak untuk menghantam kapal induk yang disebut sebagai DF-ZF.

Rusia dan Amerika Serikat juga telah mengembangkan teknologi ini tapi belum dikerahkan.  Dan sebenarnya yang pertama dari senjata ini dikembangkan oleh Jerman selama Perang Dunia II. AS dan Rusia keduanya menyelidiki konsep lebih selama Perang Dingin tetapi tidak pernah menggunakannya.

Pada 1990-an Amerika Serikat mengusulkan untuk menghidupkan kembali kendaraan hipersonik untuk Global Strike Prompt dengan akan menempatkan hulu ledak bahan peledak ledak tinggi dan tidak nuklir pada kendaraan hipersonik, daripada memproduksi ICBM yang sangat mahal yang bisa mencapai target di mana saja di bumi dalam waktu kurang dari satu jam.

Amerika Serikat berhasil menguji versi dari kendaraan hipersonik pada tahun 2011 tetapi dengan anggaran pertahanan menyusut proyek ini dihentikan. Dan kembali didorong pada 2014 tetapi uji hipersonik gagal. Sementara itu Rusia telah kembali pembangunan kendaraan hipersonik pada 2013 namun masalah keuangan telah mencegah banyak kemajuan. Dan akhirnya, justru China  yang menyempurnakan apa  yang diawali oleh Nazi.