
SM-6 bukan satu-satunya aset angkatan laut AS mendapatkan profil misi diperluas. Pada bulan Februari 2015, sebuah rudal Tomahawk berbasis kapal yang awalnya dirancang untuk menyerang sasaran di darat juga berhasil menghantam sebuah kapal dalam tes menunjukkan kemampuan bahwa sistem ini juga bisa digunakan untuk melaksanakan peperangan kapal ke kapal.
Permintaan anggaran sebesar US$484 juga oleh Pentagon digunakan untuk mengkonversi sebagian dari sistem rudal Tomahawk untuk menjadi pembunuh kapal dari jarak hingga 1.000 mil.
Raytheon telah menyampaikan sekitar 250 rudal SM-6 ke US Navy, yang pertama kali digunakan pada tahun 2013. Anggaran lima tahun Pentagon telah mengalokasikan lagi US$2,9 miliar untuk 625 rudal lagi, Menteri Pertahanan Ash Carter mengatakan pada bulan Februari.
Dalam tes terpisah dari tes yang menenggelamkan Ruben James, rudal SM-6 baru juga menghancurkan lima sasaran di luar cakrawala atau “over-the-horizon” di mana rudal mengandalkan sistem radar mereka sendiri dibandingkan informasi penargetan yang diberikan oleh kapal yang meluncurkannya. Ini menjadi rentang terjauh dari tes SM-6, sampai saat ini.
Sementara dibandingkan Tomahawk yang memiliki kecepatan subsonic, SM-6 melesat dengan kecepatan supersonik yang akan menjadikannya lebih sulit bagi lawan untuk menembak jatuh.
Ini langkah penting Angkatan Laut yang tidak harus mengeluarkan dana besar untuk mengembangkan rudal anti kapal yang benar-benar baru dengan cukup mengubah para pencegat pertahanan udara dan rudal jelajah serangan darat menjadi pembunuh kapal.