Perang ISIS: Rusia Uji Su-35S, AS Malah Datangkan Lagi Bronco

Perang ISIS: Rusia Uji Su-35S, AS Malah Datangkan Lagi Bronco

Perang ISIS di Irak dan Suriah seperti menjadi ajang uji coba kekuatan militer terbesar di dunia, Amerika Serikat dan Rusia. Bedanya, jika Rusia mengirimkan pesawat tempur terbaru mereka yakni Su-35S dan Su-34 untuk mencoba kemampuannya di medan perang, Amerika justru mengeluarkan pesawat era Perang Vietnam OV-10 Bronco dari gudang penyimpanan dan kembali ke medan tempur.

Ini bukan hayalan, Amerika telah mengirimkan sepasang pesawat serang baling-baling ini selama tiga bulan ke Timur Tengah. OV-10 Bronco bekerja untuk melindungi pasukan darat yang bertempur melawan ISIS.

Kampanye pemboman udara Amerika telah menjadi laboratorium untuk militer dan industri senjata. Dari medan mematikan ini mereka akan menemukan berbagai strategi dan teknologi yang paling pas untuk digunakan pada saat ini atau masa depan jika menemukan kasus yang sama.

Komando Sentral Amerika menyatakan pesawat twin-engine Bronco masing diterbangkan oleh sepasang pilot Angkatan Laut. Mereka telah melakukan 134 sorti, termasuk 120 misi tempur, selama rentang waktu 82 hari mulai Mei tahun 2015.

Komando Pusat tidak akan mengatakan persis di mana OV-10 ditempatkan dan wilayah mana yang diserang, tetapi memastikan pesawat serangan kecil dengan ekor kembar yang menjadi khasnya ini terbang untuk mendukung Operasi Resolve Inherent, kampanye internasional yang dipimpin AS untuk menggempur ISIS di Irak dan Suriah.  Pentagon telah mengerahkan pesawat tempur ke Turki, Kuwait, Qatar, Yordania, dan Uni Emirat Arab serta negara-negara lain.

Keengganan Pentagon untuk memberikan banyak rincian tentang misi luar negeri OV-10 menyiratkan bahwa pesawat itu bekerja sama erat dengan Pasukan Operasi Khusus. Dalam semua kemungkinan, penyerang mungil bertindak sebagai semacam reaksi cepat 9-1-1 karena bisa lepas landas dengan cepat atas permintaan pasukan khusus dan terbang rendah untuk memukul militan dengan senjata dan roket sebelum kemudian menyelinap pergi.

“Tujuan militer adalah untuk menentukan apakah bekerja dengan pesawat turbo-prop akan meningkatkan sinergi dan meningkatkan koordinasi antara aircrew dan komandan darat,”  kata Kapten. P. Bryant Davis, Juru Bicara Komando Pusat kepada The Daily Beast Kamis 10 Maret 2016.

Davis mengatakan militer juga ingin tahu apakah Bronco atau pesawat serupa bisa mengambil alih peran jet tempur seperti F-15 dan F / A-18, yang melakukan sebagian besar serangan udara Amerika di Timur Tengah, tetapi dengan biaya yang jauh lebih mahal baik dalam harga pesawat atau biaya operasinya. Sebagai perbandingan F-15 membutuhkan setidaknya US$40.000 atau sekitar Rp540 juta setiap terbang satu jam untuk bahan bakar dan pemeliharaan. Sementara Bronco cukup membutuhkan US$1.000 atau sekitar Rp13,5 juta untuk satu jam terbang. Jelas angka yang jauh berbeda.

Next: Pesawat Legendaris