Angkatan Udara AS kekurangan sekitar 500 pilot pesawat tempur. Defisit ini diperkirakan akan tumbuh menjadi lebih dari 800 pada tahun 2022.
Angkatan Udara dalam kesaksiaan tertulis yang disampaikan ke Komite Pertahanan Kongres menyalahkan kekurangan ini karena pengurangan terbaru dalam tugas tempur dan pelatihan tempur skuadron aktif karena pemotongan anggaran.
Layanan terpaksa menyeimbangkan struktur kekuatan tempur pada tahun 2012 karena kendala fiskal yang parah yakni dengan pengurangan 100 pesawat. Saat ini ada 54 skuadron di Angkatan Udara atau jauh dibandingkan selama Perang Teluk di era 1990an yang mencapai 134 skuadron tempur.
Komponen aktif skuadron tempur yang tersisa tidak cukup memproduksi pilot dengan pengalaman tempur untuk memenuhi semua persyaratan Angkatan Udara.
“Tanpa pilot pesawat tempur tersebut, Angkatan Udara akan sangat tertantang untuk terus memberikan supremasi udara,” demikian bunyi pernyataan yang dikutip Defense News Kamis 10 Maret 2016.
Angkatan Udara mengalami kesulitan menutup kekurangan tersebut karena kalah bersaing dengan penerbangan komersial.Letnan Jenderal John Raymond, Wakil Kepala Staf Angkatan Udara di depan Komite Pertahanan mengatakan maskapai penerbangan mempekerjakan sekitar 3.500 pilot pesawat tempur.
Letnan Jenderal Mike Holmes, wakil kepala staf untuk rencana strategis dan persyaratan, mengatakan Angkatan Udara akan memberikan kepada parlemen rencana konkret untuk menjembatani kesenjangan fighter tahun depan. Rencana mencakup berdiri dua unit pelatihan tempur tambahan untuk melatih pilot siswa.
Dalam jangka pendek, Angkatan Udara akan fokus untuk mempertahankan pilot tempur yang ada melalui bonus dan berbagai fasilitas alat lainnya. Layanan ini juga akan menyerap pilot yang meninggalkan tugas aktif ke dalam Reserve atau Guard “sehingga kita mempertahankan keahliannya.
