Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) Pentagon tengah bekerja pada generasi baru dari sistem peperangan elektronik yang didasarkan pada kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Jika program ini berhasil maka sistem A.I.-driven akan memberikan militer Amerika Serikat cara untuk melawan kemampuan radar Rusia dan Cina.
“Salah satu program kami di DARPA adalah mengambil pendekatan baru untuk masalah ini, ini merupakan upaya yang kita sebut sebagai peperangan elektronik kognitif,” kata Direktur DARPA, Dr. Arati Prabhakar kepada Komite Angkatan Bersenjata Parlemen 24 Februari 2016 lalu. “Kami menggunakan kecerdasan buatan untuk mempelajari secara real-time radar musuh dan kemudian membuat profil jamming baru dalam penerbangan. Bahwa seluruh proses penginderaan, belajar dan beradaptasi terjadi terus-menerus.”
Generasi pesawat terbaru Lockheed Martin F-22 dan F-35-memiliki bank data sinyal radar musuh dan jamming profil yang disimpan di file mereka. Tetapi jika pesawat tempur menghadapi sinyal yang sebelumnya belum pernah ditemui maka pesawat teap akan rentan terhadap ancaman itu.
“Hari ini, ketika keluar pesawat pergi ke misi mereka, mereka memuat satu set jamming profil frekuensi dan bentuk gelombang tertentu dan mereka dapat mengirimkan sinyal mengganggu radar musuh untuk melindungi diri mereka sendiri,” kata Prabhakar. “Kadang-kadang ketika mereka pergi keluar hari ini, mereka menemukan frekuensi jenis baru atau gelombang yang berbeda yang tidak ada di data bank yang akhirnya bisa menjadikan mereka terdeteksi.”
Selama masa damai, Pentagon biasanya menyebarkan sebuah pesawat sinyal intelijen seperti RC-135V / W Rivet Joint untuk mengumpulkan data pada gelombang baru. Data kemudian dikirim ke laboratorium untuk dianalisa sehingga profil jamming baru dapat dibuat. Profil jamming baru tersebut kemudian dimasukkan ke dalam data F-22, F-35, F / A-18 atau pembaruan program penerbangan tempur operasional lainnya.
Pada tahun-tahun sebelum revolusi digital gelombang radar jarang diubah, sehingga proses yang lambat munculnya gelombang radar masih bisa ditangani. Tetapi dalam era saat ini di mana gelombang baru dapat dibuat dengan sangat cepat dengan software kecil, akan memunculkan kerentanan bagi pesawat Amerika. “Dunia yang bergerak lambat sekarang hilang,” kata Prabhakar. “Sekarang tidak sulit untuk memodifikasi sistem radar. Jika Anda berpikir tentang teknologi yang sama yang telah membawa komunikasi dan internet untuk miliaran orang di seluruh dunia, mereka adalah teknologi yang sama ketika orang sekarang menggunakan memodifikasi radar. ”
Saat ini, satu-satunya pesawat tempur AS yang memiliki beberapa kemampuan untuk menganalisis bentuk gelombang musuh secara real time adalah Northrop Grumman EA-6B Prowler yang masih dalam layanan Marinir dan Boeing EA-18G Growler Angkatan Laut. Sementara kedua Growler dan Prowler telah diprogram onboard, jet juga membawa petugas peperangan elektronik atau electronic warfare officers (EWO). EWO ini dapat mengenali dan menganalisa bentuk gelombang musuh yang tidak diketahui dan berbasis pada mereka pengalaman kemudian melakukan perlawanan. Namun, itu jauh dari sempurna karena hal itu bergantung murni pada keterampilan seorang EWO.
Jika sistem peperangan elektronik berbasis AI baru DARPA bekerja, itu akan menghemat waktu, uang dan bahkan berpotensi menyelamatkan nyawa aircrew jika mereka menghadapi sistem baru musuh. “Pesawat kami di masa depan tidak harus menunggu minggu, bulan ke tahun, namun secara real time, di pertempuran mereka akan mampu beradaptasi dan melawan ancaman ini radar baru yang mereka mendapatkan,” katanya sebagaimana dikutip National Interest Selasa 1 Maret 2016.