Kedua pihak yang berkonflik dalam perang saudara di Libya telah mengatakan bahwa Prancis melakukan operasi militer darat di wilayah itu dengan melanggar embargo DK PBB.
Kepala faksi pemerintah yang belum diakui Libya Khalifa al-Ghweil menegaskan bahwa pasukan khusus Prancis melakukan operasi di Libya melawan ISIS di Benghazi.
Tuduhan baru bisa berarti bahwa Prancis telah terlibat dalam perang sipil di Libya sementara negara ini secara resmi di bawah embargo senjata Dewan Keamanan PBB.
“Ada kekuatan komando Prancis yang langsung terlibat dalam pertempuran yang sedang berlangsung [di Benghazi] dari pusat operasi berbasis di Benina,” kata al-Ghweil sebagaimana dikutip FranceSoir.
Benina adalah wilayah pinggiran Benghazi yang saat ini dikendalikan oleh pemerintah yang diakui secara internasional yang memiliki bandara. Libya saat ini sedang dalam keadaan perang saudara antara ISIS, pemerintah Islam yang belum diakui mengendalikan ibukota Tripoli dan pemerintah sekuler yang diakui internasional sekarang berpusat di Benghazi.
Para pejabat keamanan Libya dari pemerintah Benghazi yang tidk disebutkan namanya juga mengatakan kepada kantor berita EFE bahwa sebanyak 180 pasukan komando Prancis dikerahkan ke Libya. Tetapi Juru bicara pemerintah Benghazi El-Ouraybi membantah pernyataan dari Tripoli. “Ini tidak benar. Kami menyangkal laporan tersebut,” kata El-Ouraybi kepada AFP. Kepada kantor berita Libya LANA dia juga megnatakan “Kami tidak memungkinkan dan tidak akan mengizinkan pasukan asing untuk masuk wilayah Libya.”
Tuduhan partisipasi Prancis dalam perang sipil Libya pertama kali dibuat oleh surat kabar Le Monde Prancis. Akibat laporan itu pemerintah dilaporkan telah meluncurkan penyelidikan kriminal terhadap publikasi yang mengungkapkan “rahasia negara.”