Tidak Bertindak akan Dianggap Lemah
Dan sekarang kemungkinan konflik meningkat. Untuk satu hal, Pidato Nasional Park di Majelis Nasional menandai perubahan penting dalam kebijakan Seoul terhadap Korea Utara. Sebelumnya Seoul bahkan didukung militer dan orang-orang konservatif telah menjaga sikap. Demikian pula, Park telah mencoba untuk bergaul dengan Pyongyang pada awalnya.
Tapi kegagalan yang ditemui untuk bisa meredam Korea Utara hingga mendorok Park mengambil arah lain. Robert Collins, seorang analis politik Korea Utara untuk Departemen Pertahanan AS, mengatakan kepada The Daily Beast pidato Park “menunjukkan niat Korea Selatan untuk melihat rezim Kim gagal dan itu peringatan tegas bahwa pemerintahnya tidak mau ditindas oleh Kim Jong Un. ”
Sementara itu, untuk Kim jika tidak bertindak terhadap Park membuatnya terlihat lemah di rumah. Di dalam negeri, saat ini ia terlibat dalam perjuangan dengan para jenderal dan laksamana. Dan situasi tidak berjalan dengan baik, karena baru-baru dia mengesekusi sejumlah petinggi militer. Kim, sejak memegang tampuk pimpinan pada Desember 2011, telah tanpa henti mengurangi pengaruh Tentara Rakyat Korea, dan saat ini tentara tengah berusaha merebut kembali pengaruh itu. Cara terbaik untuk perwira senior melakukannya adalah membawa Korea Utara ke jurang permusuhan.
President Park tidak berbicara tentang perang, tapi dalam beberapa kali kesempatan dia telah berbicara tentang “penyatuan” kedua Korea. Untuk pemimpin Korea Utara, kata itu berarti kosakata yang berarti kehancuran negaranya.
Dunia tidak ingin menghancurkan Korea Utara, tetapi mengadopsi pendekatan “pencekikan strategis” saat taktik lain gagal. Dan seperti Selatan meninggalkan Kaesong dan negara-negara lain juga mengambil tindakan maka Kim akan menjadi rapub.
Kim memiliki beberapa pilihan yang sulit. David Maxwell dari Georgetown University mengatakan kepada The Daily Beast, ” Saat menghadapi kolaps Kim Jong Un dapat membuat keputusan yang sangat rasional dari sudut pandangnya untuk melaksanakan rencana kampanye militernya guna menyatukan kembali semenanjung dengan kekerasan.”