Nyaris di Jurang Perang

Masyarakat internasional tidak dibuat gelisah dengan konflik itu karena meyakini tidak akan berakhir pada konflik sebenarnya. Tetapi semua berubah ketika pada 1996 kedua negara bediri di depan pintu perang.
Krisis terjadi ketika ada kesalahan navigasi oleh kapten kapal kargo Turki Figen Akat, yang melihat kapal berjalan ke pantai di salah satu dari dua pulau Imia yang di peta Turki dikenal dengan nama Kardak. Ini hanya pulau kecil yang ada di bawah kedaulatan Yunani yang tidak diperebutkan. Karena ada masalah navigasi kapal Yunani datang menawarkan bantuan tetapi kapten kapal kargo menolak bantuan karena mengklaim bahwa ia berada di wilayah perairan Turki, dan dia meminta bantuan ke layanan darurat Turki.
Empat hari setelah kejadian itu Turki secara resmi menyatakan bahwa Kardak adalah wilayahnya yang kemudian diikuti kemarahan di tingkat diplomatik. Walikota pulau tetangga Kalymnos, didampingi tiga warga negara Yunani lainnya menaikkan bendera Yunani di pulau pada 26 Januari 1996. ”
Tetapi tidak lama setelah itu wartawan Turki dari surat kabar harian Hurriyet tiba, menurunkan bendera Yunani dan menggantinya dengan bendera Turki. Seluruh upacara disiarkan di televisi Turki, menyebabkan lonjakan patriotisme di kalangan rakyat Turki. Satu hari kemudian sekelompok pasukan komando Yunani diam-diam mendarat di pulau itu dan mengibarkan lagi benderanya.
Para pemimpin kedua negara, yakni Costas Simitis dan Tansu Ciller melakukan perang kata-kata yang tajam. Kedua belah pihak dengan cepat mendorong kapal perang sampai ke pulau-pulau yang disengketakan. Pada tanggal 30 Januari, setelah kapal Turki melanggar wilayah perairan Yunani dan helikopter Angkatan Laut Turki terbang di rendah di atas pulau yang disengketakan, Angkatan Laut Yunani meninggalkan pelabuhan Piraeus dan mulai melintasi Laut Aegean. ”
Pada pagi hari tanggal 31 Januari, kapal Navarino Angkatan Laut Yunani meluncurkan sebuah helikopter pengintai dengan tiga kru di dalamnya. Terbang di atas Imia Barat, pilot melaporkan bahwa mereka telah melihat orang-orang bersenjata mengibarkan bendera Turki. Mereka ternyata menjadi pasukan komando Turki yang telah mendarat di pulau di malam hari. Setelah itu, komunikasi dengan helikopter itu hilang.
Saraf angkatan laut sudah ada di tepi perang. Politisi di Ankara dan Athena menyadari bahwa mereka telah datang ke tepi jurang, dengan kedua belah pihak memutuskan untuk tidak membuat insiden publik. Jika pers sampai tahu situasi bisa lepas kendali.”
Akibatnya, Amerika Serikat dipaksa untuk campur tangan. Gedung Putih menyadari bahwa dorongan sedikit saja akan menjadikan dua anggota NATO itu akan masuk ke medan pertempuran. Di bawah Presiden Bill Clinton akhirnya kedua negara sepakat untuk menarik pasukan dan untuk mengembalikan status quo. Namun, tidak ada pihak telah menyerah terhadap klaimnya dari pulau-pulau yang disengketakan.
Sampai hari ini, banyak keyakinan di Yunani bahwa helikopter mereka ditembak jatuh oleh pasukan khusus Turki meski versi resmi menyebutkan helikopter jatuh karena kesalahan teknis. Untuk menenangkan warga Yunani ketiga orang di helikopter itu ditetapkan sebagai pahlawan dan kejadian itu diperingati setiap tahun. Bagaimana kebenaran dari insiden itu juga masih belum ada kepastian.