Kepentingan China
Kepentingan China dalam pasokan kali ini memang tidak terlihat jelas. China telah membuktikan kemampuannya untuk mandiri dengan mengembangkan dan memproduksi sendiri pesawat generasi 4++, dan saat ini Negeri Tirai Bambu tersebut pun sedang mengembangkan dua jenis pesawat tempur generasi kelima, J-20 dan J-31.
Pemasokan pesawat tempur dari luar negeri menyebabkan reaksi para nasionalis dari kalangan masyarakat China. Bersamaan dengan pemasokan Su-35, Rusia tidak melakukan transfer teknologi yang esensial kepada China. Dua puluh empat unit pesawat tempur adalah jumlah yang cukup hanya untuk pasukan di dalam satu resimen. Apa pun kemampuan tempur China, pesawat ini tidak berpengaruh secara serius pada potensi keseluruhan dari Angkatan Udara China.
Pembelian pesawat dengan tujuan meniru merupakan penjelasan populer yang tidak ada hubungannya dengan kenyataan. Perbedaan utama antara Su-35 dari jenis pesawat Su kelas berat pendahulunya, yaitu terkait dengan mesin dan avioniknya, termasuk radar stasiun “Irbis”. Sistem ini tidak dapat ditiru dalam waktu singkat dengan mengambil contoh siap pakai.
Kasus produksi Su-27SK tanpa lisensi oleh China di tahun 2000-an juga tidak akan terulang. Saat itu, China melakukan pekerjaan mereka berdasarkan teknologi yang pernah dikirim oleh Rusia dalam rangka perjanjian lisensi pada 1996. Sementara, berbagai dokumen lainnya yang kurang dapat dengan mudah diperoleh dengan membelinya dari perusahaan perbaikan pesawat Ukraina yang memperbaiki Su-27 pada era Soviet.
Meskipun jumlahnya tak besar, Su-35 milik China dapat memiliki beberapa efek pada keseimbangan kekuasaan di beberapa titik panas yang potensial, seperti Taiwan. Radar “Irbis” memiliki kemampuan mendeteksi target udara jarak jauh hingga 400 kilometer. Hal ini memungkinkan Beijing untuk dapat melihat semua wilayah udara di Taiwan dari daerah patroli di atas daratan China.
Sumber: Indonesia RBTH