Presiden Amerika Serikat Barack Obama mendesak Rusia untuk menghentikan serangan udara terhadap kelompok gerilyawan moderat Suriah, sebuah aksi yang dinilai negara-negara Barat sebagai hambatan utama penyelesaian perang saudara di negara tersebut.
Pihak Gedung Putih mengungkapkan penegasan Obama terhadap Putin mengenai perlunya pembatasan serangan udara dan kebutuhan mendesak terkait bantuan kemanusiaan.
“Secara khusus, Presiden Obama menekankan pentingnya peran konstruktif Rusia untuk menahan diri dalam menyerang kelompok-kelompok moderat di Suriah,” demikian pernyataan resmi Gedung Putih.
Kekhawatiran Obama mengenai bantuan kemanusiaan yang mendesak tersebut dikonfirmasi oleh sejumlah relawan yang menyatakan bahwa distribusi bantuan terancam oleh eskalasi peperangan terbaru.
“Kami harus bertanya kembali, kenapa harus menunggu satu pekan untuk menahan diri dari kekerasan yang mendesak ini,” kata direktur program Mercy Corps untuk Suriah Utara, Dalia al-Awqati.
Sebelumnya pada Jumat, negara-negara besar sepakat untuk membatasi serangan di Suriah. Namun kesepakatan tersebut baru berlaku pada akhir pekan ini dan tidak ditandatangani oleh pihak-pihak yang terlibat perang secara langsung yaitu pemerintahan di Damaskus dan kelompok-kelompok gerilyawan.
Serangan udara oleh Rusia yang menarget sejumlah kelompok gerilyawan berpotensi berhasil membantu pasukan pemerintah memperoleh kemenangan terbesar dalam pertempuran di Aleppo, kota terbesar di Suriah dan pusat perdagangan sebelum konflik bermula.
Sejumlah pihak meragukan kesepakatan yang diraih negara-negara besar di Munich tersebut dapat membantu menyelesaikan perang saudara yang telah berlangsung selama lima tahun dan telah memakan sekitar 250.000 nyawa.
Pihak Kremlin mengatakan bahwa Presiden Vladimir Putin dan Obama telah berunding melalui telepon dan sepakat untuk secara intensif mengimplementasikan kesepakatan Munich.