Kebutuhan Tinggi Pesawat Kemampuan Vertikal
Bitzinger mengatakan beberapa negara secara alami khawatir terhadap kemampuan modern Angkatan Udara China, dan terutama lagi pada kekuatan rudal mereka yang diyakini bisa sangat merusak atau menghancurkan pangkalan udara mereka. Hal ini telah menyebabkan kebutuhan untuk pesawat yang mampu lepas landas dan mendarat secara vertical semakin tinggi termasuk F-35B dan V-22 Osprey.
F-35B sudah dalam daftar pembelian Australia, Jepang dan Korea Selatan, dengan kemungkinan Singapura juga akan masuk ke kelompok ini.
Taiwan juga terus mengejar kemampuan ini tetapi masih menemui jalan buntu. Amerika tidak mau menjual F-35B ke negara tersebut tetapi lebih membuka kemungkinan untuk menjual AV-8 Harrier eks Marinir.

AS juga menolak permintaan Taiwan untuk bisa membeli F-16C / D Blok 50/52 untuk menggantikan Mirage 2000 dan F-5 tua mereka karena masih memikirkan risiko kemarahan China.
Persyaratan kemampuan pendaratan dan lepas vertikal di keempat negara ini jelas menanggapi pertumbuhan rudal balistik dan jelajah China. Dalam skenario menyerang Taiwan, China bisa melepaskan sekitar 1.400 rudal balistik jarak pendek yang akan melumat pangkalan udara, menghancurkan markas komando dan menghilangkan baterai pertahanan udara darat. Satu-satunya pilihan untuk mempertahankan kekuatan udara mereka tetap bisa terbang adalah dengan memiliki F-35B atau AV-8, yang dapat beroperasi dari pangkgalan terpencil dan tersembunyi.
Ancaman China ke pulau-pulau lepas pantai juga telah menciptakan minat dalam pesawat dengan kemampuan mendarat vertikal dan mampu mengangkut pasukan dan perlengkapan jarak jauh dengan kecepatan tinggi. Bell / Boeing V-22 Osprey menjadi pilihan yang telah ditunjuk Jepang dan Korea Selatan. Singapura juga telah menyatakan minatnya.