Boeing mendekati keputusan untuk melakukan investasi dalam jumlah besar untuk memproduksi F / A-18E / F di fasiltias di St. Louis meski sampai saat ini belum ada pesanan resmi yang masuk. Perusahaan ini berharap akan segera ada izin dari pemerintah AS untuk kontrak pengadaan 28 jet tempur untuk Kuwait.
Dan Gillian, seorang eksekutif senior Boeing yang menjalankan program F/A-18E/F dan EA-18G, mengatakan kepada Reuters, pihaknya akan memutuskan dalam beberapa minggu mendatang apakah akan membeli titanium dan bahan lainnya yang diperlukan untuk memulai bekerja pembangunan jet meski proses izin Kuwait belum keluar.
Boeing memang menghadapi situasi dilematik. Jika memutuskan untuk memproduksi pesawat sebelum ada pesanan resmi maka harus melakukan investasi besar-besaran. Tetapi jika menunda produksi karena harus menunggu kepastian maka divisi ini harus melakukan PHK.
“Berdasarkan sinyal permintaan yang kita lihat sekarang ini, saya yakin bahwa kami akan membangun F/A-18 sampai 2020,” kata Gillian, yang berbicara kepada Reuters pada hari Kamis 11 Februari 2015.
Gillian mengatakan Boeing didorong oleh dana yang diusulkan AS Angkatan Laut untuk membeli dua F/A-18E F Super Hornet dalam anggaran pertahanan tambahan dan 14 jet lain dalam anggaran fiskal 2018.
Boeing saat ini telah memperlambat produksi dari tiga menjadi dua pesawat etiap bulan dan kebutuhan pemesanan Kuwait akan diselesaikan segera untuk menjaga produksi berjalan sampai turunnya pesanan Angkatan Laut AS melalui anggaran 2018. Sejumlah analisis memperkirakan pemesanan Kuwait akan bernilai lebih dari US$3 miliar.
Angkatan Laut AS juga bisa menambahkan selusin lebih F/A-18 ke dalam daftar “prioritas didanai” di fiskal 2017, sebuah dokumen yang digunakan oleh anggota parlemen untuk mengatur dana dalam permintaan anggaran tahunan Pentagon, menurut seorang pejabat AS dan industri sumber yang tidak berwenang untuk berbicara secara terbuka.
Kongres menyetujui permintaan serupa tahun lalu untuk membantu Angkatan Laut guna menutup kekurangan pesawat tempur berbasis kapal induk. Anggota parlemen akhirnya menambahkan dana US$1,1 miliar pada fiskal 2016 untuk Angkatan Laut guna membeli lima F/A-18E/F Super Hornet dan tujuh EA-18G Growler.