Sepertinya China tidak lagi bisa menahan diri menanggapi aksi kapal perang Amerika yang terus berlayar di dekat pulau yang mereka klaim di Laut China Selatan. Beijing bergerak dalam rencana untuk mulai menumpuk kekuatan militernya di wilayah konflik tersebut.
China telah menentang keras sikap Amerika yang terus mengirimkan kapal perang berlayar pada jarak 12 mil dari pulau yang dia klaim. Hal itu bagi China berarti telah melanggar kedaulatan mereka. Tetapi Washington dan juga negara-negara sekutu menilai bahwa mereka menggunakan hak kebebasan navigasi di perairan internasional. Dengan kata lain tidak mengakui klaim China.
Kasus terakhir Angkatan Laut Amerika menggerakkan kapal perusak USS Curtis Wilbur pada 30 Januari pada jarak 12 mil dari Pulau Triton di kepualaun Parcels. China mengecam dengan menegaskan bahwa Amerika melakukan provokasi serta memberikan peringatan serius kepada Washington.
Namun sejauh ini China masih sebatas melakukan kecaman retorika. Para pengamat mengatakan respon China yang relatif tenang menunjukkan Beijing ingin menghindari konfrontasi dengan Amerika Serikat.
Tetapi menahan diri terus-terusan sepertinya juga membuat China gerah. Beijing kini menunjukkan tanda-tanda akan mempercepat rencana militerisasi pulau-pulau Laut China Selatan.
Sebagaimana ditulis wartawan Bill Gertz di Asia Times Selasa 9 Februari 2016, Isyarat Tentara Pembebasan Rakyat mengisyaratkan rencana penumpukan militer di wilayah tersebut dilaporkan dua outlet berita yang berafiliasi partai komunis pada 26 Januari dan 2 Februari
Kolonel Liang Fang dari National Defense University menulis di Global Times menyebut kepala Komando Pasifik AS Laksamana Harry Harris, telah mengambil garis keras terhadap China. Sikap yang berbeda dibanding pendahulunya.
Liang mendesak PLA untuk meningkatkan “penyebaran militer” di kepulauan Spratly dan Parcels sesegera mungkin dengan pengerukan pelabuhan dalam air dan membangun lapangan terbang.
Selain itu, China sekarang juga harus mendeklarasikan zona identifikasi pertahanan udara atau air defense identification zone (ADIZ), di atas laut, katanya. Pada 2013 China secara sepihak mengumumkan ADIZ di Laut China Timur pada tahun 2013 sebagai bagian dari sengketa dengan Jepang atas Kepulauan Senkaku.
Para pejabat pertahanan AS mengatakan jika China menyatakan sebuah Adiz di atas Laut China Selatan maka jelas akan meningkatkan ketegangan di daerah tersebut. Amerika Serikat dan negara-negara lain di kawasan menyatakan dengan tegas bahwa Laut China Selatan merupakan jalur internasional dan tidak di bawah pengendalian negara tertentu. Sementara China mengklaim 90% dari wilayah laut di kawasan tersebut.