Pelaut Sekutu harus menerjang salah satu lautan yang paling berbahaya di dunia untuk menghindari U-Boat Jerman dan serangan Luftwaffe dalam upaya membantu militer Soviet selama Perang Dunia II.
Ketika Jerman menyerang Rusia pada bulan Juni 1941, Sekutu memperoleh anggota baru dan kuat. Uni Soviet yang besar dan memiliki kapasitas industri yang signifikan serta populasi besar tiba-tiba menemukan dirinya bergabung dengan Inggris dan Prancis.
Tapi Hitler berjudi. Dia memiliki alasan untuk percaya bahwa invasi Rusia bisa berhasil, dan memberikan Reich Ketiga semua harta Soviet. Untuk memenangkan perang, Sekutu harus memastikan bahwa Rusia tidak jatuh.
Ini berarti bahwa Uni Soviet harus diberikan dengan jumlah besar pesawat, tank, minyak, kawat berduri, sabun, dan seribu kebutuhan lainnya. Inggris berkonsentrasi pada pengiriman logistic dengan dua rute utama, Meditteranean yang memungkinkan pasokan untuk mencapai Malta dan rute Arctic yang memberikan akses ke U.S.S.R.
Konvoi melalui rute Arktik lebih berbahaya, dan sekitar 3.000 pelaut tewas saat berlayar selama Perang Dunia II di jalur ini.
Kriegsmarine dan Luftwaffe Jerman memiliki pangkalan di tepi utara Norwegia, yang memungkinkan mereka untuk melakukan patroli secara konstan terhadap Sekutu di Kutub Utara. badai juga sering menyebabkan es untuk menumpuk di kapal, terutama di musim dingin.

Saat musim panas juga tetap bahaya karena konvoi rentan untuk terlihat dan diserang.
Robert Carse, seorang pelaut yang ikut dalam salah satu konvoi, menjelaskan bagaimana menderitanya mereka ketika harus melawan gabungan Luftwaffe dan Kriegsmarine di Atlantik Utara: “Itu adalah neraka. Tidak ada kata lain yang saya tahu untuk itu. Di mana-mana Anda melihat mereka.”
Carse dan konvoi mengalahkan beberapa serangan Messerschmitt sampai salah satu pesawat mampu menjatuhkan bom ke kapal yang membawa TNT. Ajaibnya, pada detik-detik terakhir hembusan angina kencan meniup bom hingga jauh di sisi kapal. Meski rusak, kapal tetap bisa berlajar di sepanjang rute mereka.
Pengiriman melalui kutub utara berlanjut sampai Mei 1945, setelah Jerman menandatangani penyerahhan diri mengakhiri Perang Dunia II.
Ketika kemudian muncul ketegangan era Perang Dingin Pemimpin Rusia Joseph Stalin membantah pentingnya pengiriman itu untuk menyelamatkan Uni Soviet. Tetapi, Konsul Jenderal Rusia di Skotlandia Andrey A. Pritsepov pada 2016 mengakui peran penting konvoi tersebut.
“Rusia berhutang budi kepada orang-orang pemberani Skotlandia yang mempertaruhkan hidup mereka dalam kondisi berbahaya untuk memberikan bantuan dan peralatan penting ke garis depan timur,” katanya.
“Itu adalah perjalanan melawan segala rintangan. Banyak yang tidak pernah kembali. pengorbanan dan kepahlawanan mereka merupakan bab tersendiri dalam sejarah kami. ”
We Are The Mighty
Baca juga:
Night Witch, Wanita Penyihir Soviet Penakluk Perang Dunia II