Meski sudah membangun J-11 tetapi China tetap membeli Su-35. Wajar, karena varian J-11D yang disebut-sebut paling canggih baru bisa mendekati kemampuan Su-35 model awal yang dirancang pada 1980 dibandingkan dengan jet tempur varian modern.
Kanwa Defence Review, sebuah majalah militer berbahasa China yang berbasis di Kanada beberapa waktu lalu mengatakan J-11D melakukan penerbangan pertama pada April tahun ini setelah lebih empat tahun dalam pembangunan. Pesawat ini merupakan upgrade besar dari J-11B. Sementara J-11D mengadopsi badan pesawat J-11B tetapi menggunakan bahan yang lebih komposit terutama pada ekor vertikal dan sayap. Pesaawat ini juga akan memiliki 12-14 stasiun senjata.
Dengan struktur aerodinamis baru dan antena dikombinasikan dengan kemampuan stealth dengan peningkatan dan perbaikan bidang visi, J-11D dikatakan lebih unggul dibandingkan dengan Su-27 Rusia yang menjadi nenek moyang dari J-11 pada awal pembangunan.
Tetapi pesawat ini kemungkinan hanya akan bisa mendekati kemampuan Su-35 varian paling awal yang dikembangkan Rusia dari Su-27 pada 1980an. Menurut Kanwa, China belum mampu membuat lompatan seperti Rusia untuk menjadikan J-11D sejajar dengan jet tempur paling baru termasuk Su-35S yang merupakan varian paling canggih.
Kanwa tidak mengesampingkan bahwa J-11D bisa dilengkapi dengan radar active electronically scanned array (AESA). Tetapi kemungkinan itu masih sulit.
Beberapa outlet melaporkan, lebih mungkin jika J-11D akan dilengkapi radar passive electronically scanned array (PESA).
Rusia, China dan negara-negara Eropa sebenarnya saat ini sudah memiliki sistem radar AESA dalam tahap pengujian. Meski Rusia dan China memiliki kemampuan untuk melengkapi Su-35 baru dan J-11D dengan radar AESA, mereka lebih memilih untuk menggunakan radar PESA. Bukan karena tidak mampu tetapi karena China khususnya masih berjuang untuk mencari tahu bagaimana memproduksi radar AESA dengan biaya murah. Dengan kondisi ini maka kemungkinan besar radar AESA baru bisa diinstal pada varian J-11 berikutnya yakni J11-E atau bahkan J-11F.
Jika J-11D memang masih menggunakan radar PESA, maka jelas tidak dapat bersaing dengan Su-35 terbaru.
Meski menggunakan radar PESA, tetapi Irbis-E, radar yang digunakan Su-35 paling baru telah ditingkatkan dengan signifikan, konsumsi daya telah meningkat secara drastis, sementara generator dan pompa hidrolik semuanya telah dirancang baru. Kemampuan Irbis-E adalah tiga kali lebih mampu dibandingkan radar pasif Pero Rusia yang diekspor ke China.
Irbis-E dapat mendeteksi target udara sebesar tiga meter persegi pada jarak 400 kilometer dan dapat melacak 30 target udara dan terlibat dengan delapan target dalam waktu bersamaan. Sementara jika J-11D dilengkapi dengan radar PESA maka kemampuannya akan cenderung lebih dekat dengan Su-35 tua yang hanya dapat melacak 15 target udara dan terlibat dengan enam target secara bersamaan. Sementara kemampuan deteksinya hanya berkisar 60-150 kilometer saja.