Site icon

Aerostat Singapura Tertunda

Aerostat

Masalah keamanan telah memaksa Angkatan Udara Republik Singapura (RSAF) untuk menunda penggunakan balon terbang dilengkapi radar yang bisa melihat ancaman yang datang dari Malaka.

Balon udara helium dengan 55m dan dikenal sebagai aerostat, seharusnya mengudara pada awal tahun 2015 ini untuk menjadi salah satu mata Singapura dalam mengawasi area yang jauh di luar perbatasannya.

Tapi peluncurannya tertunda karena produsen berbasis Amerika Serikat TCOM telah gagal memenuhi persyaratan keselamatan dan operasional RSAF. Demikian dilaporkan The Sunday Times sebagaimana dikutip Straits Times Senin 8 Februari 2016.

Aerostat kemungkinan akan ditambatkan di dalam sebuah kamp militer di bagian barat Singapura.

Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan mengomentari keterlambatan pengiriman mengatakan bahwa balon itu masih menjalani pengujian ketat oleh produsen untuk memastikan memenuhi persyaratan operasional ketat dan standar keselamatan yang tinggi RSAF.

Balon udara harus dijamin bisa kuat diterpa angina tinggi, aman dari petir dan tidak ada emisi radiasi .

“RSAF akan menerapkan prosedur keselamatan yang sejalan dengan peraturan yang dikembangkan oleh Otoritas Penerbangan Federal AS,” kata juru bicara itu.  Jika peluncuran dilakukan, Singapura akan menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang menggunakan balon radar canggih ini.

Para pemimpin militer AS menggunakan aerostats untuk melindungi Washington DC terhadap ancaman udara dan tempat gerilyawan di Afghanistan. Tapi Oktober lalu, salah satu balon udara terlepas dari tambatannya di Maryland dan terbang hingga 240km, mengganggu penerbangan sipil dan merusak kabel listrik.

Dirancang untuk beroperasi sepanjang waktu, balon udara Singapura akan melayang-layang pada ketinggian sekitar 600 meter atau lebih dari dua kali lebih tinggi dibanding UOB Plaza One, bangunan tertinggi di Singapura.

Balon ini dapat mendeteksi ancaman dari sejauh 200 km jauhnya, dua kali lipat jarak dibanding radar darat. Hal ini dapat memindai hingga Malaka untuk melacak pesawat ringan, dan mendeteksi kapal-kapal kecil yang datang dari Pekanbaru Indonesia. Informasi akan dibagi dengan badan-badan keamanan lainnya, seperti penjaga pantai.

Menteri Pertahanan Ng Eng Hen, pada bulan Oktober 2014 mengumumkan rencana untuk peluncurannya balon yang dia sebut sebagai “pelindung di langit” dan mengatakan akan lebih murah daripada menerbangkan pesawat pengintai.

 

Exit mobile version